Senin, 09 Maret 2009

Ciri - Ciri Tuhan Orang Islam

" Wahai orang-orang beriman, jika seorang fasiq (tidak jujur) datang kepadamu dengan membawa berita, periksalah itu dengan teliti, agar kamu tidak membencanai suatu kaum tanpa dimengerti, lalu kamu menjadi orang yang menyesal atas apa yang kamu lakukan" (Al-Hujurat, 49:6)

Berita mengenai tadzkirah begitu sangat gencar, namun sebagian besar merupakan fitnah, bahkan ada Selebaran anti Ahmadiyah muncul di wilayah Bantul (harjo, 7 juni 2008 hal.13) selebaran itu tidak dicantumkan siapa yang menyebarkan. apakah saudara-saudara semuanya sudah melakukan cek dan ricek terhadap ahmadiyah itu sendiri?apakah sudah meneliti berita tersebut?jangan-jangan suatu saat nanti kita akan menyesal sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍفَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا َلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya : Wahai orang-orang beriman, jika seorang fasiq (tidak jujur) datang kepadamu dengan membawa berita, periksalah itu dengan teliti, agar kamu tidak membencanai suatu kaum tanpa dimengerti, lalu kamu menjadi orang yang menyesal atas apa yang kamu lakukan (Al-Hujurat, 49:6)

Rasanya masyarakt perlu mengetahui penjelasan Ahmadiyah mengenai selebaran tersebut supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan tuduhan-tuduhan palsu.

penjelasannya sebagai berikut,



Mengenai Kitab Suci Al-Qur’anul Karim, Hadrat Mirza Ghulam Ahmad menulis,”Keselamatan dan kebahagiaan abadi manusia karena bertemu dengan Tuhan-nya dan hal ini tidak akan mungkin dicapai tanpa mengikuti Kitab Suci Al-qur’an.”(Rukhani Khazain vol 10 hlm 442);”Apa yang termaktub di dalam Al-Qur’an merupakan wahyu utama dan mengatasi serta berada di atas semua wahyu-wahyu lainnya.”(Majmua Isytiharat vol 2 hlm 84); berkenaan dengan kalimah syahadat, beliau menulis, “Inti dari kepercayaan saya adalah Laa Ilaaha Illallahu, Muhammadur Rasulullahu (Tak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini, dan yang padanya kami, dengan rahmat dan karunia Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami di bumi ini ialah : Sayyidina Maulana Muhammad SAW adalah khataman nabiyyin dan khairul mursalin, yang termulia dari antara nabi-nabi. Di tangan beliau hukum syariat telah disempurnakan. Karunia yang sempurna ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai ‘kesatuan’ dengan Tuhan Yang Mahakuasa.” (Izalah Auham, 1891:137). Keyakinan tentang hal ini juga terdapat dalam Malfuzhat (jilid I, hal 342), Taqrir Wajibul I’lan (1891), Kisti Nuh (1902, hal 15), Al Wasiyat (JAI, 2006, hal 24).
Sesudah Nabi Muhammad SAW, tidak boleh lagi mengenakan istilah nabi kepada seseorang kecuali bila ia lebih dahulu menjadi seorang ummati dan pengikut dari Nabi Muhammad SAW.”(Tajalliyati Illahiyah, 1906, hal. 9).”Semua pintu kenabian telah tertutup kecuali pintu penyerahan seluruhnya kepada Nabi Muhammad SAW dan pintu fana seluruhnya ke dalam beliau.”(Ek Ghalti ka Izalah 1901, hal 3)


1. APAKAH ALLAH MENULIS SEPERTI MANUSIA ?

KASYFI SURKHI KE CHINTHE
Artinya: Kasyaf percikan tinta merah

Penjelasannya sebagai berikut, melihat Tuhan dalam bentuk manusia di waktu mimpi adalah jaiz. yang Mulia Nabi besar Muhammad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَأَيْتُ رَبِّي فِى صُورةِ شَابٍ أَمْرَ دَقِطَةٍ لَهُ وَفْرَةٌ مِنْ شَعْرٍ وَفِى رِجْلَيْهِ نَعْلاَنِ مِنْ ذَهَبٍ
Artinya: Aku melihat Tuhanku dalam bentuk seorang pemuda di waktu mimpi yang tidak berkumis dan berjenggot, yang memiliki rambut panjang dan lebat dan pada kedua kakinya mengenakan sepasang terompah dari emas (Al-Yawaqit wal-Jawahir, Jilid I, hal. 71, Thabrani wa Maudhu’ati Kabir, hal 46.)
Ini adalah Hadits shahih sebagaimana Mulla Ali Qari Jalilul Qadri rahmatullahi ‘alaihi seorang Ahli Hadits yang telah memperkuat dengan mengutip Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anh sebagai berikut:
لاَ يُنْكِرُهُ إِلاَّ الْمُعْتَزَلِيُّ
Tidak ada orang yang mengingkarinya kecuali orang Mu’tazilah (Maudhu’at Kabir, hal. 46).

Mulla Ali Qari rahmatullahi ‘alaihi memberikan makna kepada Hadits itu dengan keterangan sebagai berikut:
إِنْ حُمِلَ عَلَى الْمَنَامِ فَلاَ أَشْكَالَ فِى الْمَقَامِ
Artinya: Jika Dia Allah dibawa dalam mimpi, maka tiada bentuk dalam tempat itu (Maudhu’at Kabir, hal. 46).

Hadits ini terdapat dalam sebagian edisi Maudhu’at, sedang rujukannya terlampir pada hal. 39, yakni apabila kejadian ini dilihat dalam mimpi maka kesulitan apa lagi yang dihadapi, sedang permasalahannya sudah jelas.

Orang-orang ghair Ahmadi mengajukan keberatan atas kasyaf percikan tinta merah: “Pabrik mana yang membuat kertas tersebut, di mana tinta dan pena dibuat?”. Coba ceriterakan juga pabrik mana yang membuat sorban dan terbuat dari apa mahkota itu.
Hadhrat Muhyiddin Ibnu Arabi rahmatullah ‘alaihi menulis sebagai berikut:
“Para waliyullah mendapatkan wahyu dengan berbagai macam cara: Ada yang melalui pemikiran, melalui perasaan, melalui hati dan kadang-kadang mendapatkan melalui tulisan. Dengan cara seperti itulah kebanyakan para wali mendapatkan wahyu.
Abu Abdullah Qadhiul-Baan dan Taki Ibnul Mukhallid murid Imam Ahmad rahmatullah ‘alaihi mendapatkan wahyu berupa tulisan dengan bahasa malaikat. Dan ketika ia terbangun dari tidurnya, maka ia mendapatkan tulisan di atas lembaran kertas. Saya sendiri melihat tulisan itu. Ia adalah seorang fakir di Muthaf yang turun kepadanya wahyu dalam corak seperti itu. Di dalamnya tertulis bahwa ia akan diselamatkan dari api Neraka. Ketika orang umum melihatnya, mereka yakin bahwa itu bukan tulisan manusia ... Inilah peristiwa yang terjadi pada seorang wanita fakir dari antara murid-murid saya. Ia melihat dalam mimpi bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi kepadanya selembar kertas, ketika ia bangun tangannya mengepal, tidak ada seorang pun yang dapat membukanya. Saya mendapatkan wahyu, supaya saya berkata kepadanya: Apabila tangan kamu terbuka nanti, maka hendaknya tulisan itu ditelan. Kemudian ia pun sesuai dengan niatnya mendekatkan tangannya ke mulutnya. Setelah itu tiba-tiba tangannya terbuka dan seketika itu juga tulisan itu ditelannya. Orang-orang berkata kepada saya dari mana kamu mengetahui hal itu? Saya menjawab: “Allah subhanahu wa ta’ala telah mengilhamkan kepada saya bahwa seorangpun tidak boleh membaca tulisan”. (Fubtuhat Makkiyah, bab XV, rujukan terjemah Urdu Khususul-Hikam, Tadzkirah Syeikh Akbar Ibnul-Arabi, hal. 22).

Berdasarkan kasysyaf Hadhrat Masih Mauud ‘alaihis salam berikut ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Oleh karena Allah subhanahu wa ta’ala dengan hikmah-Nya yang khas mencelupkan pena ke dalam tinta secara berlebihan, karena itu Dia percikkan:
Tuhan dapat mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Aqidah orang Aria adalah salah yang menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Melainkan Dia dapat membuat sesuatu dari bahan yang telah ada.
Percikan tinta merah adalah sebagai kabar gaib tentang akan kematian Likhram.(Likhram adalah orang yang membenci Mirza Ghulam Ahmad pada saat itu)
Maksud membubuhkan tanda tangannya itu adalah Allah swt menetapkan keputusan kematian Likhram, ternyata demikianlah yang terjadi.

a.Ada tertulis dalam sebuah Hadits yang berbunyi demikian:

خَلَقَ اللهُ ثَلاَثَةَ أَشْيَاءَ بِيَدِهِ خَلَقَ آدَمَ بَيَدِهِ وَكَتَبَ التَّوْرَاةَ بِيَدِهِ وَ غَرَسَ الْفِرْدَوْسَ بِيَدِهِ
Artinya: Allah telah menciptakan tiga perkara dengan Tangan-Nya; Dia telah menciptakan Adam dengan Tangan-Nya; Dia telah menulis Taurat dengan Tangan-Nya dan menciptakan Sorga dengan Tangan-Nya (Firdausul-Akhbar Daelami, hal. 100, Ad-Dailami dari Haris bin Naufal ra dan Kanzul-Ummal, Juz VI/ 15138))

Menurut Hadis tersebut Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan 3 hal dengan Tangan-Nya sendiri:
Menciptakan Adam dengan Tangan-Nya sendiri.
Menulis Taurat dengan Tangan-Nya sendiri.
Menciptakan Sorga dengan Tangan-Nya sendiri.
Sekarang, bagaimana kalian berkeberatan kepada kasysyaf tentang percikan tinta merah itu? Sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala sendiri menulis dengan Tangan-Nya sendiri. Di pabrik mana kertasnya dibuat dan di mana tinta dan penanya dibuat dan lain-lainnya? Atas semua keberatan ini coba bacalah:

كَتَبَ التَّوْرَاةَ بِيَدِهِ
Artinya: Dia telah menulis Taurat dengan Tangan-Nya.
Apa pun jawaban kalian, maka itu pulalah jawaban kami.

2.ALLAH BERPUASA?
أُفْطِرُ وَأَصُومُ
Artinya: Aku berbuka dan berpuasa
Jawaban:
1.Dalam mengomentari hal itu Hadhrat Masih Mauud ‘alaihis salam bersabda: Jelas bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bebas dari menjalankan ibadah berbuka dan puasa. Kata-kata ini artinya tidak dapat dinisbahkan kepada-Nya. Oleh karena itu hanya merupakan sebuah kiasan dan maksud yang sebenarnya adalah Aku (Allah) terkadang memperlihatkan kemarahan-Ku dan terkadang Aku memberikan tempo, persis seperti orang yang kadang-kadang makan dan kadang-kadang berpuasa serta menahan dirinya dari makan. Kiasan seperti itu banyak terdapat di dalam kitab-kitab Allah sebagaimana di hari Qiamat Tuhan akan mengatakan bahwa Aku dulu sakit, Aku dulu lapar, Aku dulu telanjang.”. (Hakikatulwahi hal 104).

2.Kemudian Dia bersabda: Aku akan membagi waktu-Ku menjadi beberapa waktu. Bahwa sebagian tahun Aku akan berbuka, yakni Aku akan menghancurkan orang-orang dengan Taun dan untuk beberapa tahun Aku akan berpuasa, yakni akan datang suasana aman dan Taun akan berkurang atau sama sekali tidak akan tersisa lagi. (Daafi'ul-bala hal 817 lihat Tazkirah hal 395 catatan kaki ( alif ba ).

Hadits yang Hadhrat Masih Mauud ‘alaihis salam berikan refrensinya itu terdapat di dalam Hadis Muslim yang berbunyi:.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدِنِي ... يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى ... يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي
Artinya: Diriwayatkan dari Hadhrat Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: bahwa pada hari kiamat Allah Azza wa Jalla akan berkata; Wahai anak adam, Aku dulu sakit kamu tidak menjenguk-Ku, Wahai anak Adam, Aku dulu minta makanan kepadamu namun kamu tidak memberi makan kepada-Ku. Wahai anak Adam, Aku dulu meminta minum air kepadamu namun kamu tidak memberi aku air" (Riyadhush-Shaalihin, hal. 205 cetakan Mesir, Muslim dari Abu Hurairah ra dan Kanzul-Ummal, Juz XV/ 43277 )
Dengan demikian, apakah Tuhan dapat sakit, dapat lapar dan dapat haus. Tetapi Dia subhanahu wa ta’ala tidak dapat berpuasa?.

3. ALLAH BERSALAH?

أُخْطِئُ وَأُصِيبُ
Artinya: Aku melakuakn kesalahan dan melakukan kebenaran

Jawaban:
a.Hadhrat Masih Mauud ‘alaihis salam telah memberikan penjelasan seperti di bawah ini:
Aku kadang-kadang melepaskan keinginan-Ku dan kadang-kadang Aku memenuhi keinginan-Ku…. sebagaimana tertera dalam HadiTs bahwa pada saat Aku mencabut nyawa orang yang beriman Aku senantiasa ragu. Padahal Tuhan suci dari sifat ragu-ragu. . Artinya Aku kadang-kadang membatalkan kehendak-Ku. Dan kadang-kadang keinginan itu terpenuhi sebagaimana yang diinginkan. (Haqiqatul- wahyi, hal 103 pada catatan kaki)
Hadits yang diisyarahkan oleh Hadhrat Masih Mauud ‘alaihis salam itu terdapat dalam Shahih Bukhari yang berbunyi:
وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيئٍ أَنَا فَاعِلَُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ
Artinya: Allah subhanahu wa ta’ala berfrirman: Aku tidak pernah sedemikian ragu tentang sesuatu sebagaimana Aku ragu dalam mencabut ruh orang beriman. (Bukhari Kitabur-riqaq babut-tawaadhu' jilid 4 hal. 80 Cetakan Mesir).

4. ALLAH JAGA DAN TIDUR?
أَسْهَرُ وَأَنَامُ
Artinya: Aku jaga dan Aku tidur
Jawaban:
a.Hadhrat Masih Mauud ‘alaihis salam bersabda berkenaan dengan wahyu ini: Bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bebas dari tidur. Maksud wahyu ini adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menutupi kelemahan sebahagian orang-orang yang berdosa dan terkadang memberikan hukuman padanya juga.

b.Jadi Jika kata-kata kiasan berkenaan dengan Tuhan, seperti lapar, makan dan minum, dan lain-lain sebagaimana di dalam kutipan Hadits Muslim yang baru kami terangkan dalam jawaban "Afthiru wa ashuumu", maka mengapa kata tidur dan jaga secara qiasan tidak dapat digunakan?

Inilah penjelasan kami, jadi apa yang dituduhkan perlu kiranya diklarifikasikan dahulu terhadap para ahmadi, tidak serta merta terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu yang menginginkan umat islam ini saling bermusuhan, semboyan kami “Love For All, Hatred For None artinya Kecintaan untuk siapapun, kebencian tidak untuk siapapun.
-----oo0oo-----

0 comments

PEPERANGAN ANTARA YAHUDI DENGAN MUSLIMIN (15)
Posted by anurjamansyah at Tuesday, May 13, 2008

Tidak akan terjadi Sa’ah sampai engkau berperang melawan Yahudi, sehingga batu berkata yang di belakangnya ada Yahudi, wahai muslim! Ini orang Yahudi berada di belakang saya, maka bunuhlah ia

PEPERANGAN ANTARA YAHUDI DENGAN MUSLIMIN (15)
Terjemah dan komentar
Oleh : Abdul Rozaq



لاَتَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا الْيَهُودَ حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ وَرَاءَهُ الْيَهُودِيُّ: يَا مُسْلِمُ ! هذَا يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَاقْتُلْهُ
Tidak akan terjadi Sa’ah sampai engkau berperang melawan Yahudi, sehingga batu berkata yang di belakangnya ada Yahudi, wahai muslim! Ini orang Yahudi berada di belakang saya, maka bunuhlah ia ( Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV /38403 )

لاَتَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ ، فَيَقْتُلَهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئُ الْيَهُودِيُّ وَرَاءَ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ وَالشَّجَرُ : يَا مُسْلِمُ ! يَا عَبْدَ اللهِ !هذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ ، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّه شَجَرُ الْيَهُودِ
Tidak akan terjadi Sa’ah sampai orang-orang Islam berperang melawan kaum Yahudi; lalu orang-orang Islam membunuh mereka, sehingga orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon; lalu batu dan pohon itu berkata: Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Ini orang Yahudi berada di belakang saya, kemarilah, lalu bunuhlah ia, kecuali gharqad, sebab ia termasuk pohon Yahudi ( Muslim dari Abu Hurairah ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV /38417 )

إِذَا ظَهَرَ فِيكُمْ مِثْلُ مَا ظَهَرَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ ، إِذَا كَانَتِ الْفَاحِشَةُ فِي كِبَارِكُمْ ، وَالْمَلِكُ فِي صِغَارِكُمْ ، وَالْعِلْمُ فِي رُذَالِكُمْ (حم ، ع ، ه – عن أنس ، قَالَ : قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ! مَتَى نَدَعُ اْلأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ ؟ قَالَ – فَذَكَرَه ، وَ لَفْظُ ع : إِذَا ظَهَرَ اْلأَذْهَانُ فِي خِيَارِكُمْ ، وَالْفَاحِشَةُ فِي شِرَارِكُمْ ، وَتَحُولُ الْمَلِكُ فِي صِغَارِكُمْ ، وَالْفِقْهُ فِي رُذَالِكُمْ
Apabila di kalangan kamu tampak seperti apa yang tampak pada Bani Israil, yaitu apabila perbuatan keji terjadi pada para pembesar kamu, dan raja di kalangan orang-orang yang kecil kamu, dan ilmu berada di kalangan orang-orang rendah kamu ( Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Abu Daud, At-Turmudzi, An-Nasa’, Ibnu Majah dari Anas ra berkata: ditanyakan, wahai Rasulallah! Kapan kami mengajak berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk? Beliau bersabda: Lalu menyebutkan Hadits tersebut, sedang lafazh bagi Abu Daud, At-Turmudzi, An-Nasai’ dan Ibnu Majah: Apabila kecerdikan telah tampak di kalangan orang-orang baik kamu, dan kekejian tampak di kalangan orang-orang buruk kamu, dan raja (penguasa) berpindah di kalangan orang-orang kecil kamu, dan pemahaman agama berada di kalangan orang-orang rendah kamu ( Kanzul-Umal, Juz XIV /38502 )

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ تَسْلِيمُ الْخَاصَّةِ وَفَشْوُ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينُ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ وَحَتَّى يَخْرُجَ الرَّجُلُ بِمَالِه إِلَى أَطْرَافِ اْلأَرْضِ فَيَرْجِعَ فَيَقُولَ : لَمْ أَرْبَح شَيْئًا
Sesungguhnya di antara Sa’ah itu adalah penghormatan secara khusus dan merajalela perdagangan sampai seorang perempuan menolong suaminya berdagang dan sampai seorang laki-laki keluar dengan hartanya hingga ke ujung dunia, lalu ia pulang sambil berkata: Saya tidak mendapat laba sedikitpun ( Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Ibnu Masud ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV /38515 )
لاَتَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَأْخُذَ اللهُ شَرِيْطَتَه مِنْ أَهْلِ اْلأَرْضِ فَيَبْقَى عِجَاجٌ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا
Tidak akan terjadi Sa’ah sampai batu menunjukkan orang-orang Yahudi yang bersembunyi yang dicari oleh orang-orang Islam, lalu ia melihat kakinya, lalu ia bersembunyi dan batu itu berkata: Wahai hamba Allah! Ini apa yang kamu cari ( Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Samrah ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV/38578 )


Komentar:
Hadits-hadits Rasulullah saw ini menubuatkan terjadinya Sa’ah kehancuran kaum yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, jika tanda dan syarat dalam hadits ini sudah menjadi kenyataan, di antaranya:
1. Apabila kaum muslimin berperang melawan kaum Yahudi dan kaum Yahudi mengalami kekalahan sampai-sampai kemanapun mereka melarikan diri dan bersembunyi akan diketahuinya, sebab pohon-pohonan membantu kaum muslimin.

2. Apabila kaum muslimin meniru kebiasaan yang terjadi di kalangan kaum Yahudi, yaitu:
i. Apabila perbuatan keji sudah merajalela di kalangan para pejabat yang mengaku muslimin.
ii. kebanyakan pemimpin kaum muslimin berasal dari rakyat kecil atau rendahan.
iii. Ilmu agama telah dimiliki kaum muslimin yang rendahan.

3. Apabila pemberian tanda kehormatan yang istimewa sudah merajalela.

4. Apabila perdagangan bebas sudah terjadi, sehingga istri membantu suaminya berdagang sampai ke ujung dunia, tetapi pulang tidak membawa keuntungan apa-apa.

Read More ..

Perubahan Prilaku Kaum Kufar Lewat Rasullullah saw

Argumentasi pertama yang dikemukakan Al-Qur’an agar manusia mau menerimanya sebagai Kitab yang benar dan Rasul-Nya sebagai Rasul yang benar serta untuk membuktikan bahwa ia memang berasal dari Allah yang Maha Kuasa, ialah Kitab dan Rasul itu sepatutnya muncul pada saat dunia sedang dilanda kegelapan dimana manusia sudah menjadi penyembah berhala sebagai pengganti Ketauhidan Ilahi, mengikuti jalan kejahatan sebagai pengganti kesucian, tenggelam dalam keangkaraan dan meninggalkan keadilan, telah menjadi demikian bodoh sehingga karenanya amat membutuh¬kan seorang Pembaharu dalam diri seorang Rasul.
Kemudian Rasul tersebut akan meninggalkan dunia ini ketika ia telah menyelesaikan seluruh tugas pembaharuannya dengan cara yang indah dan terpelihara dari segala musuhnya ketika ia sedang melaksanakan tugasnya. Ia itu sewajarnya muncul sebagai seorang pelayan dan berangkat di bawah perintah majikannya. Singkat kata, sewajarnya ia akan muncul di saat ketika manusia membutuhkan seorang Pembaharu samawi dan membutuhkan bimbingan sebuah Kitab, untuk kemudian dipanggil pulang berdasarkan wahyu yang diturunkan setelah ia selesai menanam pohon pembaharuan yang tertanam teguh dan telah muncul revolusi akbar dalam keruhanian manusia.
Kami dengan bangga hati menyatakan bahwa kecemerlangan yang menegakkan argumentasi ini yang mendukung kebenaran Al-Qur’an dan penghulu kita Nabi Suci s.a.w. nyatanya tidak ada terdapat pada Nabi-nabi lain atau pun Kitab-kitab lain. Pengakuan dari Nabi Suci s.a.w. adalah bahwa beliau diutus kepada seluruh umat manusia dan karena itu Al-Qur’an menyalahkan secara keseluruhan manusia yang terlibat dalam paganisme, kejahatan dan kefasikan sebagaimana ayat:

“Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan apa yang telah diusahakan oleh tangan manusia”. (S.30 Ar-Rum:42)
untuk kemudian mengemukakan:

“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2).
Dengan kata lain, ditugaskan kepada Nabi Suci s.a.w. untuk mengingatkan umat manusia bahwa karena kelakuan mereka serta aqidah yang salah, mereka itu dianggap sebagai sangat berdosa dalam pandangan Allah yang Maha Kuasa.

Kata “Pemberi peringatan”. dalam ayat ini berkaitan dengan seluruh umat manusia dan jika dikatakan bahwa peringatan ini bagi para pendosa dan pelaku kejahatan, maka berarti Al-Qur’an menyatakan kalau seluruh dunia ini telah menjadi busuk dimana setiap orang telah meninggalkan jalan kebenaran dan amal saleh. Yang namanya peringatan dengan sendirinya hanya ditujukan kepada mereka yang fasik dan bukan kepada mereka yang berperilaku baik. Semuanya memahami bahwa yang diberi peringatan adalah mereka yang jahat dan tidak beriman, karena demikian itulah cara Allah s.w.t. mengutus Nabi untuk membawa kabar suka bagi umat yang saleh dan sebagai “Pemberi peringatan”. kepada mereka yang jahat. Jika dikatakan bahwa seorang Nabi ditugaskan sebagai “Pemberi peringatan”. bagi seluruh dunia maka patut disadari kalau berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi tersebut bahwa seluruh dunia telah terlibat dalam tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Pernyataan seperti ini tidak terdapat dalam Kitab Taurat berkenaan dengan Nabi Musa a.s. dan tidak juga dalam Kitab Injil berkenaan dengan Nabi Isa a.s. dan hanya bisa ditemukan di dalam Al-Qur’an saja.
Ketika difirmankan:

“Kamu dahulu telah berada di pinggir lubang api”. (S.3 Ali Imran:104),
yang dimaksud adalah sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. umat manusia telah berada di tubir neraka.
Umat Yahudi dan Kristiani diingatkan bahwa mereka telah menyelewengkan Kitab-kitab Allah dan telah membawa manusia kepada segala rupa kejahatan dan perilaku salah. Adapun para penyembah berhala diingatkan bahwa mereka telah menjadi penyembah bebatuan, manusia, bintang-bintang serta unsur-unsur alam sehingga mereka melupakan sang Maha Pencipta yang Sejati. Begitu juga dengan mereka yang memakan harta anak yatim, membunuh anak-anak serta mencurangi serikat usahanya sendiri dan melakukan pelanggaran melampaui batas dalam segala hal. Difirmankan bahwa:

“Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”. (S.57 Al-Hadid:18)
mengandung arti bahwa seluruh dunia ini sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t.

Singkat kata, Kitab Suci Al-Qur’an menyatakan bahwa seluruh dunia sudah berperilaku salah, manusia sudah menjadi penyembah berhala, umat Yahudi dan Kristiani menjadi akar dari segala keburukan dan berbagai macam dosa. Al-Qur’an memberikan gambaran kerusakan dunia yang padanannya tidak ada pada masa lain kecuali hanya pada masa Nabi Nuh a.s. Kami hanya mengutip beberapa ayat saja dan mengharapkan para pembaca sudi kiranya mempelajari sendiri Al-Qur’an secara tekun guna menemukan bagaimana Al-Qur’an ini telah menyatakan secara tegas bahwa seluruh dunia saat itu sudah dalam keadaan busuk dan mati serta manusia sudah berada di tubir neraka. Kitab ini mengingatkan Nabi Suci s.a.w. untuk memberi peringatan kepada seluruh dunia bahwa mereka itu berada dalam keadaan yang gawat.
Telaah atas Kitab Suci Al-Qur’an mengungkapkan bahwa seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan, segala bentuk dosa dan terbenam dalam sumur kejahatan. Memang benar bahwa Kitab Injil ada menyatakan kalau umat Yahudi telah menyimpang, tetapi tidak ada menyebut bahwa seluruh dunia sudah membusuk dan mati karena dipenuhi dengan paganisme dan perbuatan dosa. Nabi Isa a.s. pun tidak ada memberi¬kan pengakuan bahwa beliau adalah Rasul bagi seluruh dunia. Beliau hanya berbicara kepada umat Yahudi yang merupakan bangsa yang kecil jumlahnya dan tinggal di desa-desa dalam jarak pandang Nabi Isa a.s. Adapun Al-Qur’an mengemukakan mengenai kematian seluruh dunia dan menguraikan kondisi buruk dari semua bangsa. Umat Yahudi memang keturunan dari Nabi-nabi dan menyatakan beriman kepada Kitab Taurat tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan Kitab tersebut, bahkan ketika di masa Nabi Suci s.a.w. aqidah mereka pun sudah melenceng jauh. Ribuan manusia lalu menjadi atheis dan ribuan lagi yang menyangkal adanya wahyu, sedangkan segala macam perilaku dosa menjadi marak di muka bumi. Nabi Isa a.s. ada menyatakan perilaku jahat umat Yahudi yang merupakan bangsa yang jumlahnya kecil dengan tujuan memberitahukan bahwa umat Yahudi saat itu sedang membutuhkan seorang Pembaharu. Namun argumentasi yang kami ajukan berkaitan dengan Hadzrat Rasulullah s.a.w. ialah beliau itu datang di saat dunia dalam keadaan rusak dan dipanggil kembali setelah menegakkan pembaharuan secara sempurna. Kedua aspek ini dikemukakan secara jelas dalam Al-Qur’an guna menarik perhatian manusia mengenai hal tersebut, dan yang pasti hal seperti ini tidak ada ditemukan dalam Kitab Injil atau pun Kitab-kitab lainnya.



Argumentasi tersebut dikemukakan sendiri oleh Al-Qur’an dan Kitab ini menyatakan bahwa kebenaran dirinya dikuatkan oleh kedua aspek tadi. Kitab ini muncul ketika perilaku manusia telah menyimpang dan aqidah-aqidah palsu telah merebak ke seluruh muka bumi sehingga dunia jadi melenceng jauh dari kebenaran dan realitas Ketauhidan Ilahi. Penegasan Al-Qur’an tentang hal ini diteguhkan oleh hasil studi komparative sejarah. Ada banyak bukti-bukti berupa pengakuan orang-orang yang menyatakan bahwa masa itu begitu penuh dengan kegelapan dimana setiap orang cenderung menyembah makhluk lainnya sehingga ketika Al-Qur’an menuduh mereka telah durhaka dan berdosa, tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kebersihan dirinya. Perhatikanlah betapa tegasnya Allah yang Maha Perkasa berbicara tentang kejahatan para ahli Kitab serta tentang kematian seluruh dunia.
Dinyatakan dalam ayat:

“Bahwa mereka hendaknya tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelum mereka, melainkan karena masa penganugrahan karunia Allah kepada mereka diperpanjang bagi mereka, hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka. Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kepadamu supaya kamu dapat mengerti”. (S.57 Al-Hadid:17-18).
Ayat ini mengandung arti bahwa para muminin diingatkan agar jangan berperilaku seperti para ahli Kitab yang telah memperoleh Kitab-kitab Ilahi sebelum mereka tetapi karena lamanya perjalanan waktu lalu hati mereka menjadi keras dan sebagian besar dari mereka lalu mendurhaka dan menjadi jahat. Mereka diingatkan bahwa dunia sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali. Inilah tanda-tanda tentang perlunya Al-Qur’an serta kebenarannya agar kalian mau mengerti.
Sekarang kalian tentunya menyadari bahwa kami tidak ada mengajukan argumentasi ini dari hasil pikiran kami sendiri, melainkan Al-Qur’an sendirilah yang mengemukakannya dimana setelah mengajukan kedua aspek dari argumentasi lalu menyatakan kalau semua itu merupakan tanda-tanda yang mendukung kebenaran Nabi Suci s.a.w. dan Kitab Al-Qur’an itu sendiri dengan tujuan agar kalian menyadari dan menemukan realitasnya.

Bagian kedua dari argumentasi tadi bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. akan dipanggil pulang dari dunia kembali kepada Tuhan beliau pada saat beliau telah selesai melaksanakan tugas, juga dinyatakan secara tegas dalam Kitab Al-Qur’an pada ayat:

“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagi manfaatmu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Kusukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4)
yang mengandung arti bahwa dengan diwahyukannya Al-Qur’an dan telah direformasinya umat manusia maka keimananmu telah sempurna serta karunia Ilahi telah disempurnakan bagimu dan Tuhan telah memilih Islam sebagai agamamu. Ayat ini merupakan indikasi kalau pewahyuan Al-Qur’an sudah selesai dan Kitab ini telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hati manusia dengan kesempurnaan petunjuk dan bahwa karunia Ilahi telah disempurnakan bagi umat Islam.
Inilah kedua aspek yang menjadi tujuan dari diutusnya seorang Rasul. Ayat tersebut menegaskan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak akan meninggalkan hidup ini sampai Islam telah disempurnakan melalui diwahyukannya Al-Qur’an serta pemberian petunjuk yang patut bagi umat Islam. Semua itu merupakan tanda Ilahi yang tidak akan diberikan kepada seorang Nabi palsu. Sesungguh¬nya sebelum Nabi Suci s.a.w. tidak ada Nabi lain yang berhasil memper¬lihatkan bahwa Kitab yang dibawanya telah selesai dengan sempurna dan umatnya telah memperoleh petunjuk yang lengkap serta musuh-musuhnya telah dikalahkan sebagaimana Islam yang unggul di segala penjuru.
Di tempat lain dinyatakan:

“Apabila tiba pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat orang-orang masuk ke dalam agama Allah dengan berduyun-duyun, maka sanjunglah kesucian Tuhan engkau dengan puji-pujian-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia berulang-ulang kembali dengan rahmat-Nya”. (S.110 An-Nashr:2-4).
Berarti bahwa pertolongan dan kemenangan yang telah dijanjikan telah datang dan engkau telah melihat, wahai Rasul, bahwa manusia berduyun-duyun masuk ke dalam Islam, maka agungkan dan pujilah Tuhan karena sebenarnya apa yang telah terjadi itu bukanlah hasil kerjamu sendiri melainkan berkat rahmat dan karunia Allah s.w.t. Karena itu sembahlah Allah dan beristighfar karena Dia selalu kembali bersama rahmat-Nya. Jika para Nabi diperintahkan untuk beristighfar, tidaklah berarti bahwa mereka memohon pengampunan sebagaimana laiknya orang yang berdosa. Pada keadaan para Nabi tersebut, beristighfar merupakan pengakuan dari ketiadaan arti diri, kerendahan hati, kelemahan dan cara terhormat untuk memohon pertolongan. Sebagaimana ayat-ayat itu menegaskan bahwa tujuan dari kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah terpenuhi dimana beribu-ribu orang telah memeluk Islam, tetapi juga merupakan indikasi telah dekatnya waktu wafat beliau (beliau wafat dalam waktu satu tahun setelah diterimanya wahyu ini), maka wajar kalau wahyu ini telah memberikan kegembiraan kepada Nabi Suci s.a.w. tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana masa depan pengairan dari taman yang telah ditanaminya. Karena itu Allah yang Maha Agung untuk mencairkan kekhawatiran tersebut telah menyuruh Hadzrat Rasulullah s.a.w. agar beliau beristighfar. Pengertian dari “maghfirat”. adalah menyelimuti seseorang agar selamat dari segala bencana. Arti kata “mighfar”. adalah ketopong atau helm. Istighfar dengan demikian berarti agar bencana yang ditakuti atau dosa yang diperkirakan, akan ditutupi dan dicegah sebelum mewujud. Dalam keadaan ini kata itu ditujukan untuk memberikan ketenteraman hati kepada Nabi Suci s.a.w. agar beliau tidak perlu berduka atas kelangsungan agama Islam karena Allah s.w.t. tidak akan membiarkannya hancur serta akan selalu kembali dengan rahmat-Nya dan akan menahan segala kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kelemahan manusia. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 333-356, London, 1984).
* * *
Sudah menjadi bukti yang nyata akan kebenaran Kenabian dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan kesahihan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Suci s.a.w. diutus ketika dunia ini sedang sangat membutuhkan seorang Pembaharu Akbar dan bahwa beliau tidak wafat dan tidak juga terbunuh sampai telah selesai menegakkan kebenaran di bumi. Ketika beliau muncul sebagai seorang Nabi, beliau langsung menunjukkan kalau memang wujudnya amat diharap¬kan oleh dunia dan beliau langsung menegur umat manusia yang telah tenggelam dalam paganisme, kefasikan dan perbuatan dosa. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an banyak ditemui peringatan demikian seperti:

“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2)
yang merupakan peringatan bagi umat manusia yang telah rusak aqidahnya dan telah melenceng jauh cara hidupnya. Ayat ini menjadi bukti dari pernyataan Al-Qur’an bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul ketika seluruh dunia dan semua umat manusia telah rusak akhlaknya, dimana mereka yang semula melawan akhirnya menerima pernyataan beliau, tidak dengan berdiam diri tetapi dengan pengakuan melalui baiat. Dari sini jelas kalau Nabi Suci s.a.w. datang ketika saatnya memang sudah harus muncul seorang Nabi yang sempurna dan benar.

Kalau kita lalu mentelaah kapan saatnya beliau dipanggil pulang, Al-Qur’an secara eksplisit menjelaskan bahwa kepulangan beliau adalah setelah selesai menuntaskan tugasnya. Beliau dipanggil pulang oleh Allah s.w.t. setelah turunnya ayat yang menyatakan bahwa aqidah pendidikan bagi umat Islam telah sempurna dan semua wahyu yang berkaitan dengan itu telah diturunkan. Tidak hanya itu, juga dinyatakan bahwa pertolongan Allah s.w.t. sudah digenapkan dan beribu manusia telah menganut Islam. Juga diwahyukan bahwa hati mereka telah dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan sehingga mereka menjauhi kedurhakaan dan dosa. Akhlak mereka telah mengalami perubahan luar biasa yang mempengaruhi perilaku dan jiwa mereka. Kemudian dikemukakan dalam surah An-Nashr bahwa tujuan dari Kenabian beliau telah terpenuhi dan Islam telah mencapai kemenangan di hati manusia. Hadzrat Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa surah ini mengindikasikan kewafatan beliau. Beliau kemudian melaksanakan ibadah Haji dan menyebut¬nya sebagai Haji Wada (perpisahan) dimana beliau menyampaikan khutbah panjang dari punggung seekor unta. Beliau meminta kesaksian mereka yang hadir bahwa beliau telah menyampaikan keseluruhan firman Tuhan yang ditugaskan kepada beliau untuk disampaikan kepada mereka. Setiap dari mereka yang hadir menyatakan dengan suara lantang bahwa benar beliau telah menyampaikan kepada mereka. Hadzrat Rasulullah s.a.w. kemudian menunjuk ke langit dan mengatakan: “Engkau menjadi saksi, ya Allah.”. Beliau kemudian mengingatkan mereka secara panjang lebar karena beliau tidak akan ada lagi bersama mereka pada tahun yang akan datang. Beliau kemudian kembali ke kota Medinah dan wafat pada tahun berikutnya. Turunkanlah berkat dan salam Engkau, ya Allah, atas diri beliau. Semua indikasi ini ada dikemukakan dalam Al-Qur’an dan dibenarkan oleh sejarah agama Islam.
Adakah dari antara penganut agama Kristen, Yahudi atau Arya yang bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa Pembaharu mereka masing-masing memang datang pada saat dibutuhkan, dan pulang kembali ke Tuhan-nya setelah tugas mereka selesai, disamping para lawannya mau mengakui kekeliruan cara hidup serta ketidak-salehan mereka? Aku merasa yakin sekali bahwa tidak ada satu pun umat lain dari luar agama Islam yang akan mampu memberikan bukti demikian. Yang diketahui pasti, Nabi Musa a.s. diutus untuk kehancuran Firaun dan menyelamat¬kan umat beliau dari penindasan serta membimbing mereka ke arah yang benar. Adalah benar bahwa beliau memang berhasil menyelamatkan umatnya dari penindasan Firaun namun tidak mampu menyelamatkan mereka dari godaan Syaitan, dan beliau juga tidak berhasil membawa mereka ke tanah yang dijanjikan. Keturunan Bani Israil ternyata tidak bisa memurnikan batin mereka di tangan beliau dan mereka berulangkali melakukan kedurhakaan sampai kemudian Nabi Musa a.s. wafat ketika mereka masih dalam keadaan demikian. Sepanjang menyangkut pengikut Nabi Isa a.s. cukuplah Kitab Injil menjadi saksi atas kondisi mereka, tidak perlu lagi penjelasan tambahan. Bukanlah suatu hal yang tertutup adanya kenyataan bahwa betapa sedikitnya umat Yahudi yang menerima Nabi Isa a.s. padahal beliau sengaja diutus kepada mereka. Jika harkat Kenabian Nabi Isa dinilai dari tolok ukur jumlah pengikut maka Kenabian beliau tidak akan memenuhi syarat. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 358-369, London, 1984).
* * *
Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan ketika seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan dan penyembahan makhluk, dimana semua orang telah meninggalkan aqidah yang murni dan melupakan jalan yang lurus. Penyembahan berhala berkembang luas di tanah Arab, adapun bangsa Parsi menyembah api, sedangkan di India disamping penyembahan berhala ditambah lagi dengan penyembahan berbagai macam makhluk lainnya. Banyak sudah buku ditulis mengenai hal ini dimana berpuluh-puluh manusia yang telah dipertuhan sebagai bagian dari penyembahan Avatar16.
Berdasarkan pendapat dari Pendeta Mr. Bourt17 dan beberapa penulis Inggris lainnya, tidak ada agama yang demikian rancunya sebagaimana agama Kristen dimana agama ini sudah jatuh kredibilitasnya akibat penyelewengan dan aqidah salah para ulama atau pendetanya. Dalam aqidah Kristen tidak hanya satu atau dua orang saja yang dipertuhan tetapi juga beberapa benda lainnya.
Kedatangan Nabi Suci s.a.w. pada saat kegelapan demikian dimana situasi menuntut munculnya seorang Pembaharu agung guna memberikan petunjuk Ilahi yang akan mencerahkan dunia dengan Ketauhidan Ilahi serta menghapus paganisme dan penyembahan makhluk yang merupakan induk dari segala kemudharatan, merupakan bukti yang jelas bahwa beliau adalah Rasul Allah yang benar dan jauh mengungguli Rasul-rasul lainnya. Kebenaran beliau ditegaskan oleh kenyataan bahwa dalam zaman jahiliah demikian, norma hukum alam dan kebiasaan Allah s.w.t. mengharuskan adanya seorang Pembimbing yang sempurna.
Sudah menjadi norma abadi dari Tuhan semesta alam bahwa ketika penderitaan dunia telah mencapai puncaknya, rahmat Ilahi akan turun untuk menanggulanginya. Ketika bumi dilanda kekeringan berkepanjangan yang mengancam kelanjutan kehidupan manusia, maka Allah yang Maha Pengasih akan menurunkan hujan.

Saat beratus dan beribu-ribu manusia telah mati karena suatu wabah, maka akan turun pertolongan berupa udara atau iklim yang kemudian dibersihkan oleh unsur-unsur alam atau ditemukannya suatu jenis pengobatan baru. Ketika suatu bangsa terperangkap dalam penindasan tirani, akan muncul seorang penguasa yang adil dan pengasih. Begitu pula saat manusia melupakan jalan Allah dan meninggalkan Ketauhidan dan penyembahan Wujud-Nya, maka Allah yang Maha Luhur akan mengaruniakan wawasan sempurna kepada salah seorang hamba-Nya dimana setelah memberkati yang bersangkutan dengan firman-Nya, lalu mengutusnya untuk membimbing manusia agar ia memperbaiki kebusukan yang telah merasuk. Sang Maha Pengasih yang memelihara serta mendukung eksistensi dunia ini tidak akan menahan atau membatalkan sifat Rahmat-Nya.
Setiap sifat-sifat Wujud-Nya akan memanifestasikan dirinya pada saatnya yang tepat. Logika sehat telah membuktikan bahwa untuk mengatasi setiap bentuk bencana maka sifat Allah s.w.t. yang relevan akan mewujud pada saat itu. Sejarah telah membuktikan dan juga dibenarkan oleh para penentang serta dipertegas oleh Al-Qur’an bahwa pada saat diutusnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang benar bencana telah mencapai puncaknya karena manusia di seluruh dunia telah meninggalkan jalan Ketauhidan dan ketulusan. Adapun mengenai ibadah kepada Tuhan, semua orang mengakui bahwa hanya Hadzrat Rasulullah s.a.w. saja yang telah memperbaiki kerusakan akhlak dan menyelamatkan dunia dari kegelapan paganisme dan penyembahan makhluk, lalu menegakkan Ketauhidan Ilahi sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa beliau itu seorang Pembimbing yang benar dari Allah yang Maha Kuasa. Argumentasi ini dikemukakan Al-Qur’an dalam ayat:

“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengirimkan rasul-rasul kepada semua umat yang sebelum engkau tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka. Maka ia menjadi pemimpin bagi mereka pada hari itu dan bagi merekalah azab yang pedih. Dan Kami tidak menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Dia menghidupkan dengan itu bumi setelah matinya. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda bagi kaum yang mau mendengarkan kebenaran”. (S.16 An-Nahl:64-66).
Kami ingin mengingatkan kembali bahwa tiga unsur yang telah kami kemukakan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembimbing yang benar, ada dikemukakan secara indah dalam ayat di atas. Pertama adalah tentang kalbu manusia yang telah menyimpang dan terperangkap dalam kekeliruan selama berabad-abad, ditamsilkan sebagai tanah yang kering dan mati sedangkan firman Tuhan ditamsilkan sebagai hujan yang turun dari langit, karena memang merupakan kaidah abadi bahwa rahmat Ilahi akan selalu menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Kaidah ini tidak terbatas kepada air hujan phisik saja tetapi juga hujan ruhani yang akan turun pada masa kesulitan yaitu ketika kefasikan telah merata. Dalam keadaan demikian rahmat Tuhan pasti akan berfungsi untuk mengatasi bencana yang mempengaruhi kalbu manusia. Ayat ini lalu menunjuk kepada unsur kedua yaitu bahwa seluruh dunia telah rusak sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. Unsur ketiga merujuk kepada kenyataan bahwa mereka yang mati ruhaninya telah dihidupkan kembali oleh firman Tuhan.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari sini ialah bahwa semua itu merupakan tanda kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an dimana para pencari kebenaran digiring untuk menyimpulkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an memang benar dari Allah s.w.t. Karena argumentasi ini juga menegakkan kebenaran dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. maka disimpulkan juga bahwa beliau itu memang kenyataannya mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena Nabi Suci s.a.w. harus menangani seluruh dunia dimana tugas yang beliau emban sebenarnya setimpal dengan karya dari seribu atau dua ribu Nabi-nabi lainnya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-116, London, 1984).
* * *
Zaman pada saat kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang membutuhkan seorang Pembaharu Samawi yang akbar yang membawa petunjuk Ilahi dimana ajaran yang beliau bawa nyatanya adalah hal yang benar dan amat dibutuhkan serta mencakup segala hal yang diperlukan manusia. Ajaran beliau demikian efektif sehingga berhasil menarik ratusan ribu hati manusia kepada kebenaran dan menanamkan dalam pikiran mereka bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah s.w.t.
لااله الله محمد رسو ل الله
Beliau telah menyempurnakan tujuan paripurna dari Kenabian yaitu beliau telah mengajarkan prinsip-prinsip keselamatan ruhani sedemikian sempurna sehingga tidak ada ajaran Nabi-nabi lain yang bisa menimbalinya. Semua kenyataan tersebut mendorong orang untuk yakin bersaksi bahwa sesungguhnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang pembimbing yang benar dari Allah s.w.t.
Tidak ada keselamatan bagi seseorang yang karena kefanatikan dan kedegilannya lalu menyangkal semua tanda-tanda kebenaran dan ketakwaan yang mewujud begitu sempurna dalam diri Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang tidak akan ditemui pada Nabi-nabi lainnya. Orang-orang seperti itu bahkan akan menyangkal keberadaan Tuhan, jika pun misalnya hanya untuk menyangkal kebenaran dan ketakwaan Hadzrat Rasulullah s.a.w. Biarlah mereka yang berani menyangkal, maju ke muka dan memperlihatkannya kepada kami.
(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-114, London, 1984).
* * *
Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembaharu akbar dalam penyampaian kebenaran dan telah mengembalikan kebenaran yang selama itu hilang kepada dunia. Tidak ada Nabi lain yang bisa menimpali keberhasilan beliau dalam mencerahkan dunia yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akibat kehadiran beliau. Beliau tidak wafat sebelum bangsa kepada siapa beliau turun, telah menanggalkan jubah paganisme mereka dan mengenakan jubah Ketauhidan Ilahi. Tidak itu saja, nyatanya mereka telah berhasil mencapai tingkat keruhanian yang tinggi serta juga berlaku takwa dan saleh yang tidak ada padanannya di bagian lain dunia. Keberhasilan demikian belum pernah dicapai Nabi lainnya selain beliau. Adalah suatu kenyataan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan di masa saat dunia tenggelam dalam kegelapan yang membutuhkan seorang Pembaharu akbar. Beliau meninggalkan dunia ini di saat ketika ratusan ribu orang telah meninggalkan paganisme dan penyembahan berhala serta beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Pembaharuan yang demikian sempurna itu adalah hasil karya beliau yang telah mengajar mereka yang tadinya berada di tingkatan hewaniah menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadi¬kan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah serta meniupkan keruhanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar. Mereka ada yang dijagal di jalan Allah seperti domba dan diinjak-injak di bawah kaki seperti semut, namun tidak ada dari mereka yang menanggalkan keimanannya dan siap maju terus menghadapi aral rintangan.
Tidak diragukan bahwa Nabi Suci s.a.w. adalah Adam yang kedua, bahkan Adam yang sesungguhnya di bidang penegakan keruhanian melalui mana nilai-nilai luhur manusia mencapai kesempurnaannya dimana semua kemampuan manusia diarahkan pada fungsi yang sepatutnya dan tidak ada fitrat manusia yang tersisa tidak terbina. Kenabian berakhir dengan beliau tidak saja karena beliau adalah Nabi terakhir dalam skala waktu, tetapi juga karena semua kesempurnaan Kenabian telah mencapai puncaknya pada wujud beliau. Mengingat beliau itu adalah manifestasi sempurna dari sifat-sifat Ilahi maka norma-norma beliau memiliki sifat keagungan dan keindahan. Karena itu beliau disebut sebagai Muhammad dan juga Ahmad, serta tidak ada kekikiran dalam Kenabian beliau karena merupakan kemaslahatan bagi seluruh dunia.
(Khutbah Sialkot berjudul “Islam,”. Sialkot, Mufid Aam Press, 1904; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 206-207, London, 1984).

Read More ..

Ketabahan Nabi Muhammad saw

Rasul ini jauh mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena beliau menjadi Guru Agung bagi seluruh dunia. Melalui tangan beliau itulah kebusukan dunia pada waktu itu telah diperbaiki dan Ketauhidan Ilahi yang hilang telah ditegakkan kembali. Beliau mengalahkan semua agama-agama palsu lainnya melalui bukti-bukti dan argumentasi serta mengangkat keraguan yang ada di hati manusia.
Beliau memberikan cara-cara keselamatan yang benar melalui pengajaran aqidah-aqidah haqiqi sehingga menghilangkan dari pikiran manusia pandangan yang mengharuskan menyalib seorang yang tidak berdosa untuk memperoleh penebusan atau memindahkan Tuhan dari Arasy-Nya yang luhur dan meletakan-Nya ke dalam rahim seorang wanita. Dengan cara itulah maka rahmat dan berkat yang dibawa beliau jauh melampaui siapa pun jua dan derajat beliau jauh lebih tinggi dari semuanya. Sejarah telah membuktikan dan Kitab Ilahi membenarkan serta mereka yang mempunyai mata menyaksikan bahwa sosok yang jauh mengungguli Nabi-nabi lainnya hanyalah Muhammad s.a.w. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 108-109, London, 1984).



Patut diperhatikan betapa teguhnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. berpegang pada pengakuan Kenabian beliau sampai titik terakhir meskipun harus menghadapi ribuan bahaya serta ratusan ribu lawan, para penghadang dan pengancam. Selama bertahun-tahun beliau menghadapi kesulitan dan kesusahan hidup yang meningkat dari hari ke hari, dan selama menanggung derita demikian tidak ada terlintas dalam pikiran beliau untuk mencari hal-hal yang bersifat duniawi. Bahkan sebenarnya dengan bertahan pada pengakuan Kenabiannya, beliau telah kehilangan segala yang menjadi miliknya dan malah mengundang ratusan ribu pertentangan dan ribuan bencana ke atas dirinya. Beliau terusir dari rumahnya sendiri, dikejar-kejar oleh para pembunuh, kehilangan rumah berikut isinya dan dicoba diracuni beberapa kali. Mereka yang semula membantunya malah kemudian mengharapkan kemudharatan atas diri beliau, sedangkan teman-teman beliau telah berubah menjadi musuh. Untuk jangka waktu lama beliau harus menanggung penderitaan ini, suatu hal yang tidak mungkin bisa ditahankan oleh seorang nabi palsu
Ketika kemudian Islam berjaya, Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak ada berusaha mengumpulkan kekayaan pribadi, tidak juga lalu mendirikan bangunan atau sarana keselesaan dan kemewahan, bahkan tidak ada menarik keuntungan pribadi apa pun dari segala hal. Apa pun yang singgah ke tangan beliau, habis lagi untuk mengkhidmati fakir miskin, yatim piatu, para janda dan mereka yang terhimpit hutang. Beliau tidak pernah makan sampai terasa kenyang.
Beliau demikian lurusnya sehingga melalui bicara dan khutbahnya tentang Ketauhidan Ilahi, beliau telah menjadikan umat manusia di dunia yang tenggelam dalam paganisme menjadi musuhnya. Yang pertama menjadi musuh beliau adalah bangsa beliau sendiri karena melarang mereka menyembah berhala. Beliau membuat jengkel bangsa Yahudi karena menegur mereka yang terhanyut dalam penyembahan berbagai makhluk dan pengagungan para ulamanya serta kefasikan mereka. Beliau mengingatkan mereka untuk tidak menyangkal dan menghina Nabi Isa a.s. Semua itu menjadikan hati mereka terbakar api kebencian dan mereka menjadi musuh beliau yang paling pahit yang selalu berupaya dengan segala cara untuk menghancurkan beliau. Dengan cara yang sama, beliau telah menjengkelkan umat Kristen karena beliau menyangkal ketuhanan Yesus dan sebutannya sebagai anak Tuhan serta statusnya sebagai penebus yang disalib. Para penyembah api dan bintang-bintang juga sakit hati terhadap beliau karena melarang mereka menyembah dewa-dewa mereka. Beliau mencanangkan Ke-Esaan Tuhan sebagai satu-satunya cara guna memperoleh keselamatan.
Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang lurus dan siap mengorbankan jiwa di jalan Allah, dimana beliau tidak ada mengandalkan pada harapan atau ketakutan pada manusia dan mengikrarkan seluruh keyakinannya hanya kepada Allah s.w.t. Karena hanya ingin mengkhidmati keinginan dan memenuhi kesukaan Allah s.w.t. maka untuk menyiarkan Ketauhidan Ilahi, beliau tidak memperdulikan bencana apa yang harus ditempuh serta kesulitan apa pun yang akan ditimpakan oleh para penyembah berhala. Beliau memikul semua kesulitan yang ada dan tetap melaksanakan perintah Tuhan beliau guna memenuhi semua persyaratan yang diungkapkan dalam khutbah dan peringatan-peringatan beliau tanpa menghiraukan ancaman apa pun yang dihadapinya. Aku menyatakan dengan sesungguh hati bahwa dari semua Nabi-nabi tidak ada yang seperti beliau yang telah menyerahkan seluruh kepercayaan beliau sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala hal dan tetap saja meneruskan tegahan terhadap paganisme dan penyembahan makhluk, serta tidak ada yang demikian bersiteguh hati sebagaimana halnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani
Hadzrat Rasulullah s.a.w. selalu bersikap lugas dan selalu siap menyerahkan nyawa beliau bagi Tuhan-nya. Beliau tidak ada bertumpu kepada harapan atau pun ketakutan kepada manusia dan hanya mengimani Allah semata. Karena mengabdi sepenuhnya kepada keinginan dan petunjuk Ilahi, beliau tidak gentar menghadapi bencana apa pun yang dihadapi serta kesulitan yang ditimbulkan oleh kaum kafir dalam menyampaikan Ketauhidan Ilahi. Beliau memikul semua kesulitan dan melaksanakan perintah Tuhan-nya serta memenuhi semua persyaratan dan tegahan yang ditetapkan dalam ajaran beliau. Beliau tidak menghiraukan ancaman yang dilontarkan manusia.
Sesungguhnya, dari semua Nabi-nabi, tidak ada seorang pun yang demikian yakinnya kepada Tuhan-nya dalam setiap ancaman bencana ketika sedang mengajar umat dalam menghapuskan paganisme dan penyembahan makhluk. Begitu juga tidak ada yang demikian teguh hatinya seperti beliau. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 111-112, London, 1984).

Sulit membayangkan segala bencana dan kesulitan yang dialami Hadzrat Rasulullah s.a.w. selama tigabelas tahun pertama dalam kehidupan beliau di Mekah. Hati kita menjadi gemetar membayangkannya. Semua kesulitan itu menunjukkan betapa tinggi keteguhan hati, belas asih dan kebulatan tekad beliau. Beliau itu seolah gunung keteguhan yang tidak bisa digoyang oleh kesulitan macam apa pun. Tidak juga beliau mengendurkan sesaat pun pelaksanaan tugas beliau dan tidak juga beliau bersedih hati. Tidak ada kesusahan yang bisa melemahkan tekad beliau. Beberapa orang yang tidak mengerti bertanya, mengapa beliau harus menghadapi segala musibah dan kesulitan tersebut jika beliau memang benar kekasih dan pilihan Tuhan.Aku akan mengatakan kepada mereka bahwa air yang murni tidak akan didapat sebelum menggali tanah sedalam beberapa meter. Hanya dengan cara itulah dapat diperoleh air murni yang menjadi penopang kehidupan. Dengan cara yang sama maka kegembiraan di jalan Allah yang Maha Kuasa hanya bisa diperoleh melalui keteguhan dan kekerasan hati di bawah kesulitan dan musibah. Mereka yang belum pernah mengalaminya tidak akan bisa membayangkan dan merasakan kegembiraan tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa ketika Hadzrat Rasulullah s.a.w. harus mengalami segala penderitaan itu, sesungguhnya ada mata air kegembiraan dan kenyamanan yang meluap di hati beliau sehingga keimanan dan keyakinan beliau kepada Tuhan dan kepada kecintaan Tuhan serta bantuan Ilahi menjadi lebih kuat.
(Malfuzat, vol. II, hal. 307-309)

.
Read More ..

Ketinggian Akhlak Muhammad saw

Nabi-nabi dan para orang suci dibangkitkan Allah s.w.t. agar manusia bisa mencontoh perilaku akhlak mereka serta membimbing manusia bersiteguh di jalan yang benar sejalan dengan petunjuk Tuhan. Jelas bahwa mereka selalu memperlihatkan sifat-sifat akhlak yang mulia pada saatnya yang tepat sehingga bisa dicapai tingkat efektivitas yang terbaik. Sebagai contoh, sifat memaafkan adalah suatu hal yang patut dipuji ketika ia yang teraniaya lalu memiliki kekuatan untuk membalas dendam namun tidak dilakukannya. Kesalehan adalah sifat yang baik kalau dilaksanakan ketika seseorang memiliki segalanya untuk memuaskan dirinya.

Rencana Tuhan berkaitan dengan para Nabi dan orang-orang suci adalah agar mereka itu memperlihatkan dan menegakkan semua bentuk dari sifat-sifat akhlak yang mulia. Guna memenuhi rencana demikian maka Allah s.w.t. membagi kehidupan mereka dalam dua bagian. Bagian pertama kehidupan mereka dilalui dalam kesengsaraan dan berbagai penderitaan dimana mereka itu disiksa dan dianiaya, dimana melalui tahapan ini mereka akan memperlihatkan akhlak luhur yang hanya bisa dikemukakan pada saat keadaan sedang sulit. Bila mereka ini tidak diharuskan menjalani kesulitan yang besar maka sukar untuk menegaskan bahwa mereka benar-benar tetap setia kepada Tuhan-nya dalam segala kesulitan serta tetap bersiteguh maju terus dalam upayanya. Mereka bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa bahwa mereka telah dipilih-Nya sebagai sosok yang patut teraniaya di jalan Allah.

Tuhan yang Maha Agung mendera mereka dengan segala cobaan agar terlihat jelas bagaimana manifestasi keteguhan hati dan kesetiaan mereka kepada Tuhan mereka. Dalam hal ini sebagaimana dalam peribahasa, nyata bahwa keteguhan hati itu lebih tinggi nilainya daripada mukjizat. Keteguhan hati yang sempurna tidak akan terlihat jika tidak ada kesulitan besar yang dihadapi dan hanya bisa dihargai jika orang tahu bahwa yang bersangkutan memang telah mengalami goncangan yang dahsyat. Semua musibah tersebut merupakan berkat ruhani bagi para Nabi dan orang-orang suci karena melalui hal itulah sifat-sifat mulia mereka yang tidak ada tandingannya menjadi nyata dan derajat mereka akan ditinggikan di akhirat.
Bila mereka tidak ada mengalami cobaan yang berat maka mereka tidak akan memperoleh berkat-berkat tersebut, tidak juga sifat mulia mereka menjadi tampak kepada umat manusia. Keteguhan hati, kesetiaan dan keberanian mereka tidak akan diakui secara universal. Mereka itu menjadi tiada tara dan tanpa tandingan serta demikian berani dan sempurna sehingga masing-masing dari mereka itu sepadan dengan seribu singa yang berada dalam satu tubuh atau seribu harimau dalam satu kerangka. Dengan cara demikian itulah kekuatan dan kekuasaan mereka menjadi suatu yang diagungkan dalam pandangan manusia dan mereka mencapai tingkatan tinggi dalam kedekatan kepada Allah s.w.t.
Bagian kedua dari kehidupan para Nabi dan orang-orang suci adalah saat kemenangan, derajat mulia dan kekayaan dilimpahkan kepada mereka dimana pada saat itu pun mereka akan memperlihatkan akhlak mulia mereka yang memang efektif pada saat mereka menggenggam kemenangan, kekayaan dan kekuasaan. Mengampuni mereka yang tadinya menyiksa, bersabar hati terhadap para penganiaya, mencintai musuh, tidak mencintai kekayaan atau bangga terhadapnya, membuka gerbang berkat dan kemurahan hati, tidak menjadikan kekayaan sebagai sarana pemuas diri, tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat penindasan, semuanya itu merupakan sifat-sifat mulia dengan persyaratan bahwa yang bersangkutan memang sedang memiliki kekuasaan dan kekayaan. Para Nabi dan orang-orang suci itu malah akan memperlihatkan semua sifat mulia itu saat mereka telah memiliki kekuasaan dan kekayaan.
Kedua bentuk sifat-sifat akhlak mulia tersebut tidak mungkin dimanifestasi¬kan tanpa melalui tahapan kesulitan dan cobaan serta tahapan kekuasaan dan kemakmuran. Kebijaksanaan yang sempurna dari Allah s.w.t. mengharuskan bahwa para Nabi dan orang-orang suci diberikan kedua bentuk kesempatan tersebut yang sebenarnya merupakan realisasi ribuan berkat. Hanya saja urut-urutan dari kondisi demikian tidak akan sama bagi setiap orang. Kebijakan Ilahi menentukan bahwa beberapa orang akan mengalami periode kedamaian dan kenyamanan mendahului periode kesulitan, sedangkan pada yang lainnya dimulai dengan periode kesulitan sebelum datangnya pertolongan Tuhan. Dalam beberapa kejadian, kondisi demikian tidak terlalu jelas perbedaannya sedangkan pada yang lainnya dimanifestasikan secara sempurna.
Berkaitan dengan hal ini yang paling menonjol adalah Hadzrat Rasulullah s.a.w. karena kedua kondisi itu dikenakan secara sempurna atas wujud beliau sedemikian rupa sehingga sifat akhlak beliau menjadi bersinar cemerlang laiknya matahari, dan semua itu tercermin dalam ayat:
   
“Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak luhur”. (S.68 Al-Qalam:5).
Jika dinilai bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih Allah s.w.t. Pendapat ini memupus keberatan sebagian orang akan akhlak Nabi Isa a.s. yang dianggap tidak cukup sempurna menghadapi kedua kondisi tersebut. Memang benar bahwa Nabi Isa a.s. menunjukkan keteguhan hati dalam keadaan kesulitan, hanya saja bentuk kesempurnaan akhlak tersebut baru akan terlihat sempurna jika saja pada saat itu Nabi Isa memperoleh kekuasaan dan keunggulan di atas para penganiaya beliau dan beliau kemudian mengampuni mereka dari lubuk hati yang paling dalam sebagaimana halnya perlakuan Hadzrat Rasulullah s.a.w. terhadap penduduk Mekah saat kota itu takluk kepada umat Islam. Penduduk kota Mekah memperoleh pengampunan penuh kecuali beberapa orang yang ditetapkan Tuhan harus menjalani hukuman karena kejahatan mereka yang luar biasa.
Hadzrat Rasulullah s.a.w. setelah mencapai kemenangan malah mengumumkan:
لا تثريب عليكم اليو م
“Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”.
Karena adanya pengampunan demikian yang semula dianggap mustahil dalam pandangan para musuh beliau, dimana tadinya mereka merasa patut dihukum mati atas segala kejahatan mereka, maka beribu-ribu orang lalu baiat ke dalam agama Islam dalam jangka waktu bilangan jam saja.
Keteguhan hati Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang diperlihatkan dalam jangka waktu panjang di bawah penganiayaan mereka, di mata mereka menjadi cemerlang bercahaya seperti matahari. Sudah menjadi fitrat manusia bahwa keagungan dari keteguhan hati seseorang menjadi nyata saat yang bersangkutan mengampuni para penganiayanya ketika ia kemudian memperoleh kekuasaan di atas mereka. Karena itulah sifat luhur akhlak Nabi Isa a.s. di bidang keteguhan, kelemah-lembutan dan daya tahan tidak terlihat sepenuhnya dimana tidak jelas apakah keteguhan sikapnya itu karena pilihan sendiri atau memang karena terpaksa. Nabi Isa a.s. tidak sempat memperoleh kekuasaan di atas para penganiaya beliau sehingga tidak bisa dibuktikan apakah beliau memang kemudian akan mengampuni para musuhnya atau memilih mengambil pembalasan dendam atas diri mereka itu.

Berbeda dengan keadaan Nabi Isa a.s., sifat mulia dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah diperlihatkan dalam ratusan kejadian dan kenyataannya bersinar terang seperti sang surya. Sifat-sifat seperti murah hati, welas asih, pengurbanan, keberanian, kesalehan, kepuasan hati atas apa yang ada serta menarik diri dari duniawi, semuanya itu jelas sekali pada sosok Nabi Suci s.a.w. dibanding dengan Nabi-nabi lainnya. Allah yang Maha Kaya menganugerahkan harta benda yang amat banyak kepada Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan beliau membelanjakan nya semua di jalan Allah dan tidak ada sekeping mata uang pun yang digunakan untuk kepuasan diri sendiri. Beliau tidak ada mendirikan bangunan megah atau istana untuk diri sendiri dan tetap saja hidup di sebuah gubuk tanah liat yang tidak berbeda dengan rumah kediaman umat yang paling miskin. Beliau berlaku welas asih terhadap mereka yang tadinya menganiaya beliau serta menolong mereka dengan daya sarana milik beliau sendiri. Beliau tinggal di sebuah gubuk tanah liat, tidur di lantai serta makan dari roti gandum yang kasar atau puasa jika tidak ada apa-apa. Beliau dikaruniai kekayaan dunia dalam jumlah amat besar tetapi beliau tidak mau mengotori tangan beliau dengan harta itu dan tetap memilih hidup miskin daripada kemewahan serta kelemah-lembutan daripada kekuasaan. Dari sejak hari pertama beliau diutus sampai dengan saat beliau kembali kepada Tuhan beliau di langit, beliau tidak pernah menganggap penting apa pun selain Allah s.w.t. Beliau memberikan bukti keberanian, kesetiaan dan keteguhan hati di medan perang menghadapi ribuan musuh dimana maut mengintai selalu, semata-mata hanya karena Allah. Singkat kata, Allah yang Maha Agung memanifestasikan sifat-sifat mulia beliau seperti welas asih, kesalehan, kepuasan atas apa yang ada, keberanian dan segala hal yang berkaitan dengan kecintaan kepada Allah s.w.t. yang padanannya belum pernah ada pada masa sebelum beliau dan tidak akan pernah ada lagi setelah beliau.
Berkaitan dengan Nabi Isa a.s., sifat akhlak mulia tersebut tidak jelas dimanifestasikan karena hal seperti itu baru akan nyata jika seseorang kemudian memperoleh kekayaan dan kekuasaan, dan hal itu tidak ada terjadi pada diri Nabi Isa a.s. Pada keadaan beliau ini, kedua bentuk sifat akhlak tersebut tetap tinggal tersembunyi karena kondisi untuk manifestasinya tidak ada. Namun keberatan yang dianggap sebagai kekurangan pada diri nabi Isa a.s. tersebut telah ditimbali dengan contoh sempurna dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. karena contoh yang dikemukakan Nabi Suci s.a.w. telah menyempurna¬kan dan melengkapi kekurangan pada Nabi-nabi lain sehingga apa yang semula meragukan sekarang telah jadi jelas. Wahyu dan Kenabian berakhir di sosok yang mulia ini karena semua keluhuran telah mencapai puncaknya dalam diri beliau. Semua ini merupakan rahmat Allah s.w.t. yang dikaruniakan kepada siapa yang dipilih-Nya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 276-292, London, 1984).
* * *
Allah yang Maha Agung telah membagi kehidupan Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. dalam dua bagian, yaitu bagian pertama yang merupakan periode kegetiran, kesulitan dan penderitaan, sedangkan bagian berikutnya adalah ketika tiba masa kemenangan. Selama masa penderitaan akan muncul sifat-sifat akhlak beliau yang sesuai dengan masa tersebut, sedangkan pada waktu tiba masa kejayaan dan kekuasaan, maka muncul akhlak mulia beliau yang tidak akan jelas nyata jika tidak dilambari latar belakang kedigjayaan. Dengan demikian kedua bentuk sifat akhlak mulia beliau menjadi nyata karena melalui kedua periode masa seperti itu.
Dengan membaca sejarah tentang masa kesulitan beliau di Mekah yang berlangsung selama tigabelas tahun, kita bisa melihat secara nyata bagaimana beliau memperlihatkan akhlak seorang muttaqi yang sempurna di dalam masa kesulitan yaitu meletakkan kepercayaan sepenuhnya kepada Allah s.w.t. tanpa mengeluh sama sekali, tidak mengendurkan pelaksanaan tugas beliau, tidak takut kepada siapa pun, semuanya itu dilakukan sedemikian rupa sehingga para orang kafir pun menjadi beriman karena menyaksikan keteguhan hati yang demikian rupa dan menyadari bahwa jika seseorang tidak memiliki keimanan yang demikian kuat, mustahil yang bersangkutan akan dapat menanggung penderitaan tersebut dengan keteguhan hati.
Ketika tiba masa kemenangan, kekuasaan dan kemakmuran, lalu muncul sifat akhlak mulia Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang lain yang berbentuk pengampunan, kemurahan hati dan keberanian yang diperlihatkan sedemikian sempurna sehingga sejumlah besar orang kafir lalu beriman kepada beliau. Beliau memaafkan mereka yang telah menganiaya beliau dan memberikan keamanan kepada mereka yang telah mengusir beliau dari Mekah serta menolong mereka yang membutuhkan bantuan. Justru setelah menggenggam tampuk kekuasaan di atas para musuh, beliau malah mengampuni mereka. Banyak orang yang menyaksikan akhlak mulia beliau menyatakan bahwa hanya orang yang muttaqi dan datang sebagai utusan Tuhan saja yang mungkin bisa memiliki akhlak demikian. Itulah sebabnya sisa-sisa rasa permusuhan para lawan beliau langsung menghilang. Akhlak mulia beliau juga dinyatakan oleh Kitab Suci Al-Qur’an dalam ayat:

“Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku dan pengorbananku dan kehidupanku serta kematianku adalah semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta alam"“. (S.6 Al-Anaam:163).
Berarti seluruh hidup beliau telah diikrarkan bagi manifestasi keagungan Tuhan serta memberikan kenyamanan kepada para makhluk-Nya agar melalui kewafatan beliau mereka semua itu akan memperoleh kehidupan.
(Islami Usulki Philosophy, Ruhani Khazain, vol. 10, hal. 447-448, London, 1984).
* * *
Yang tertinggi dari segala kehormatan adalah kehormatan dari Hadzrat Rasululah s.a.w. yang telah mempengaruhi keseluruhan dunia Islam. Kehormatan beliau telah menghidupkan kembali dunia ini. Di tanah Arab pada masa beliau, perzinahan, permabukan dan perkelahian menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Hak azasi manusia sama sekali terabaikan. Tidak ada rasa welas asih sama sekali terhadap sesama umat manusia. Bahkan hak dari Allah s.w.t. juga telah diingkari orang sama sekali. Bebatuan, pepohonan dan bintang-bintang diimbuhi dengan sifat-sifat samawi. Berbagai bentuk syirik berkembang luas di masyarakat. Tidak hanya wujud manusia, bahkan alat kelaminnya (genitalia) pun juga disembah. Seseorang yang berpikiran waras jika melihat keadaan demikian walaupun hanya sesaat, ia akan menyimpulkan adanya kegelapan, kefasikan dan penindasan sedang merajalela. Kelumpuhan biasanya menyerang satu sisi, tetapi ini adalah kelumpuhan yang menghantam kedua sisi (jiwa dan raga). Seluruh dunia terkesan sudah membusuk. Tidak ada kedamaian sama sekali baik di muka bumi atau pun di lautan.
Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul dalam abad kegelapan dan kehancuran demikian dan beliau kemudian memperbaiki secara sempurna kedua sisi perimbangan dan menegakkan kembali hak-hak Tuhan serta hak-hak manusia di posisinya yang tepat. Kekuatan moril dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dengan demikian bisa diukur dengan melihat kondisi masa tersebut. Penganiayaan yang ditimpakan kepada beliau dan para pengikut beliau serta perlakuan beliau terhadap para musuh ketika beliau telah memperoleh kemenangan atas mereka telah menunjukkan betapa luhurnya derajat beliau.
Tidak ada jenis siksaan lain yang belum pernah ditimpakan oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap Nabi Suci s.a.w. dan para sahabat beliau. Wanita-wanita Muslim disiksa dengan cara mengikat kaki mereka masing-masing kepada dua unta yang dihalau ke arah berlawanan sehingga tubuh mereka terbelah dua, padahal kesalahan mereka hanya karena beriman kepada Ke-Esaan Tuhan dan menyatakan:
لااله الاالله محمدرسو ل الله
Beliau memikul semua penderitaan dengan keteguhan hati, tetapi pada waktu Mekah ditaklukkan, beliau malah mengampuni para musuh tersebut dan menenteramkan mereka dengan ucapan: “Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”. Semua itu merupakan kesempurnaan akhlak mulia beliau yang tidak ditemukan pada Nabi lainnya. Ya Allah turunkanlah salam dan rahmat-Mu atas beliau dan umat beliau. (Malfuzat, vol. II, hal. 79-80).
* * *
Read More ..

Kekuatan Akhlak

Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Ta’ala di dalam al-Quran (an-Nahl [16]:125),maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga metode dakwah yang bisa kita pergunakan untuk mengajak umat manusia menjadi hamba-hamba Allah, yaitu dakwah bil-lisân (lisan),bit-tadwin (tulisan),dan bil-hikmah (kebijaksanaan). Ketiga metode ini apabila dilakukan dengan baik dan sistematis,maka kekuatan dari dakwah akan memberikan dampaknya yang cukup signifikan kepada umat manusia.

Ketiga metode dakwah ini telah teruji dan terbukti keberhasilannya karena secara praksis telah diterapkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat RA. Ketiga metode ini harus berjalan bersinergi satu sama lain. Akan tetapi biasanya, banyak orang beranggapan bahwa dakwah itu identik dengan menyampaikannya secara lisan atau tertulis. Sedangkan metode dakwah bil-hikmah seringkali menjadi hal yang terlupa,padahal kekuatan dari dakwah bil-hikmah dengan mengedepankan akhlaqul karimah bisa menjadi senjata dakwah yang sangat ampuh.

Di dalam surat an-Nahl ayat 125 Allah telah berfirman kepada orang-orang yang beriman untuk menyampaikan dakwah dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan nasehat yang baik. Oleh karena itu, dengan menunjukkan akhlak yang mulia kepada mad’u (orang yang didakwahi),akan dapat memberikan pengaruh positif yang sangat besar untuk bisa menundukkan hatinya. Karena pada dasarnya ketika berdakwah yang harus ditundukkan adalah hati si mad’u.Dan memang dakwah bil-hikmah inilah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW. Di dalam beberapa riwayat kita bisa mengambil pelajaran yang berharga tentang keefektifan dari dakwah bil-hikmah ini,salah satu diantara bagaimana masuk Islamnya Abu Bakar RA.

Menurut Mush’ab bin Zubair, kaum muslimin sepakat manamakannya sebagai ash-Shiddiq sebab dialah yang pertama kali dan bersegera menyatakan kebenaran Rasulullah SAW serta selalu bersikap jujur dan benar. Dan Abu Bakar RA tidak serta merta masuk Islam tanpa dalil dan hujah apapun,akan tetapi akhlak mulia yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW di sepanjang hidup beliau adalah merupakan dalil jitu dan paling kuat yang menyebabkan Abu Bakar RA langsung menyatakan diri masuk Islam setelah pendakwaan kerasulan dari Nabi Muhammad SAW. Kekuatan karakter dan akhlak fadhilah dari YM Rasulullah SAW lah yang dapat menundukkan hati Abu Bakar RA. Sebagaimana di berbagai riwayat disebutkan bahwa, sebelum pendakwaan kerasulannya, beliau SAW sudah masyhur dengan kepribadiannya yang santun,jujur dan berakhlak tinggi. Sehingga orang-orang Quraisy memberikan gelar al-amin (yang dapat dipercaya) terhadap beliau SAW, jauh sebelum pendakwaan kerasulan beliau SAW.

Oleh karena itu di dalam al-Quran Allah Ta’ala berfirman :



لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا



“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Demikianlah ajaran dari YM Rasulullah SAW kepada umat beliau SAW, supaya umat beliau SAW meneladani dan mencontoh sunnah-sunnah beliau SAW. Dengan melalui kekuatan akhlak beliau SAW, pada akhirnya beliau SAW mampu merubah kondisi kaum kuffar Quraisy yang diliputi oleh kejahiliyahan menjadi kaum yang tunduk dan patuh kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Maka tak heran apabila ajaran untuk mewarnai kehidupan umatnya dengan akhlaqul karimah telah menjadi bagian dari ajaran pokok YM Rasulullah SAW. Sehingga di dalam sebuah riwayat hadits disebutkan:



أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا



“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1082. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 1232).

Kerena Rasulullah SAW merupakan Rasul yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia,maka ajaran cinta, kasih dan sayang juga harus terimplementasi dengan benar dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebab dibangkitkannya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Dan salah satu bukti dari kesempurnaan akhlak adalah orang-orang beriman harus mampu menjadikan keberadaan dirinya sebagai rahmat bagi sesama umat maupun umat yang lain. Dimanapun mereka berada, maka mereka harus mampu menjadi sumber kedamaian dan ketentraman dan bukan malah menjadi ancaman dan teror bagi yang lainnya. Hal inilah yang harus menjadi spirit dalam dakwah kita dan menjadi bagian dalam kehidupan kita sehingga apabila seluruh teladan dari YM Rasulullah SAW telah mengambil warna dalam akhlak kita, Insya Allah kekuatan akhlaqul karimah akan dapat menjadi sumber kekuatan yang sangat efektif dalam proses dakwah kita.
Read More ..

Minggu, 08 Maret 2009

Rasulullah Sang Penegak Tauhid Sejati

Allah telah membangkitkan Rasulullah saw di dunia untuk menegakkan tauhid-Nya yang murni. Mulai dari sejak kecil sedemikian rupa dari sisi-Nya Dia telah siapkan sehingga qalbu beliau Dia telah jadikan bersih, suci dan cemerlang. Mulai dari sejak kecil Dia telah menyemaikan di dalam diri beliau benih kecintaan kepada diri-Nya dan kebencian terhadap syirik.
Bahkan sebelum kelahiran beliau Dia telah memberitahukan kepada ibunda beliau prihal nur/cahaya yang akan tersebar ke seluruh dunia. Kemudian dunia menyaksikan bahwa bagaimana ru'ya yang ibunda Aminah telah saksikan itu telah menjadi terbukti kebenarannya.

Syariat sempurna Allah turun pada beliau tepat waktunya. Dan nur itu telah tersebar ke segenap penjuru di dunia. Sebuah gejolak kecintaan kepada Tuhan Yang Esa-lah yang telah merampas tidur nyenyak malam-malam beliau dan telah merampas ketenangan dan ketenteraman hari-hari beliau. Jika keresahan itu ada dalam diri beliau maka itu hanya satu, yaitu bagaimana dunia mulai menyembah Tuhan yang Esa, mulai mengenal akan Tuhan yang menciptakan mereka. Untuk menyampaikan amanat itu beliau harus menahan berbagai macam kesusahan dan menghadapi berbagai macam penderitaan. Tetapi kesusahan dan penderitaan tidak dapat mencegah beliau untuk beribadah dan menahan beliau untuk menyampaikan amanat Tuhan yang Esa

Tugas untuk menjadikan orang-orang menjadi supaya beribadah kepada Allah yang Allah telah serahkan kepada beliau, itu sesudah turun perintah-perintah (Allah) kepada beliau, jelas beliau pasti akan kerjakan. tetapi, dari sejarah kita melihat bahwaa hati beliau dari sejak masih kanak-kanak telah bersih dari kemusyrikan dan telah menjadi kalbu yang tunduk kepada Tuhan yang Esa. Tuhan dari sejak kecil telah memurnikan hati itu untuk-Nya. Kapan saja pada saat masih masa kanak-kanak akibat tekanan siapapun yang besar dari antara mereka harus pergi ke acara yang berbau kemusyrikan maka Allah sendiri yang meyiapkan sarana untuk mencegah beliau dari itu, Allah sendiri yang menciptakan sarana untuk perlindungan beliau.

Terkait dengan ini, dalam buku sejarah tertera sebuah riwayat bahwa Ummu Aiman meriwayatkan bahwa " Bawwaanah" adalah merupakan tempat penyembahan berhala dimana orang-orang Quraisy biasa hadir disana dan mereka sangat memuliakannya dan mereka memberikan pengurbanan - pengurbanan disana, mencukur rambut dan dalam setahun mereka melakukan i'tikaf sehari sampai malam. Abu Talib juga dengan kaum beliau biasa berkunjung kesana dan kepada Rasulullah saw juga beliau katakan untuk pergi bersama-sama ( pada saat beliau masih kanak-kanak ) tetapi beliau (saw) menolak untuk pergi. Ummu Aiman menuturkan bahwa saya melihat Abu Talib dan bibi-bibi beliau pada satu kali sangat marah pada beliau dan mereka mengatakan," Kamu ini menghindar dari sembahan-sembahan kami, karena itu kami senantiasa khawatir berkenaan dengan dirimu dan mereka mengatakan, hai Muhammad ! (saw) apa yang engkau inginkan, kenapa engkau tidak hadir bersama kaummu dan kenapa kamu tidak berkumpul untuk itu? ". Akibat tekanan mereka yang terus menerus pada suatu saat beliau pergi, tetapi sebagaimana yang Allah kehendaki beliau kembali dari sana dalam keadaan sangat resah dan ketakutan. Maka kerabat dan famili beliau menanyakan pada beliau bahwa apa yang telah tearjadi. Beliau menjawab bahwa saya takut kalau syaitan menjamah saya. Maka mereka mengatakan bahwa Allah tidak akan menjerumuskan engkau dalam khayalan –khayalan syaitan dalam keadaan mana di dalam dirimu terdapat kebiasaan-kebiasaan yang baik. Apa yang engkau lihat, apa yang menyebabkan engkau merasa ketakutan ? Beliau bersabda bahwa begitu saya masuk mendekati sebuah patung maka seorang yang tinggi besar menjelma di hadapan saya dan mengatakan, hai Muhammad ! berhenti, jangan menyentuh itu. Ummu Aiman mengatakan, kemudian mereka pun tidak lagi menyuruh beliau untuk pergi hadir disana hingga beliau dianugerahi pangkat kenabian.( Siiratul halbiyyah jilid awwal bab ma hafidhahullah taala bihi fi shigarihi min ummihil jaahiliyyah ) Jadi, inilah persiapan-persiapan yang dengan perantaraan itu Allah melindungi hati yang bersih dan murni itu.

Tauhid di masa muda rasulullah saw


Kemudian, perhatikanlah masa muda beliau, bagaimana beliau biasa pergi ke sebuah goa untuk melakukan ibadah pada Tuhan yang Esa. Beliau melewati sampai beberapa hari di goa Hira. Dalam kesendiriannya beliau melakukan percakapan rahasia dengan Tuhan beliau dan melakukan ibadah pada-Nya. Melihat ini kaum beliau pun mengatakan bahwa Muhammad jatuh cinta pada Tuhan-nya.

Dalam kaitan ini Mirza Ghulam Ahmad mengatakan: " Rasulullah saw menjadi pecinta satu Wujud itu dan telah menjadi gila pada-Nya. Hasilnya dia mendapatkan yang tidak pernah didapatkan oleh siapapun di dunia. Beliau sedemikian rupa cintanya kepada Tuhan sehingga orang-awam pun mengatakan
عشق محمد على ربه –'asyiqa muhammadun 'ala rabbihi -Muhammad saw telah jatuh cinta pada Rabb-nya.


Kemudian perhatikanlah pada masa muda beliau satu contoh kebencian beliau pada berhala. Tatkala Rasulullah bersama Abu Talib berjumpa dengan seorang pendeta - Buhairah- pada saat perjalanan ke Syam, maka dia menanyakan, hai putra ningrat ! Saya menanyakan kepada engkau atas nama Lat dan Uzza, berilah jawaban kepada saya. Buhairah menanyakan menyebut nama berhala-berhala itu sebab inilah cara untuk menanyakan kepada orang-orang Quraisy ( Lat dan Uzza adalah berhala mereka yang paling besar) Maka Rasulullah saw dalam memberikan jawaban berkata bahwa janganlah menanyakan kepada saya dengan menyebut nama-nama berhala-berhala itu sebab saya sangat benci kepada keduanya. Sesudah itu Buhairah melanjutkan pembicaraannya dengan menyebut nama Allah. (Assiratunnabawiyyah liibni HisyamAl-ma'ruf sirat Ibni Hisyam Kisah Buhairi hal.145)

Kemudian tertera sebuah riwayat yang dari itu menjadi jelas kebencian beliau pada berhala, yang hanya dan hanya merupakan sebuah ungkapan beliau tetap hamba Allah. Kisahnya adalah demikian. Ibnu Umar r.a meriwayatkan bahwa sebelum turun wahyu kepada beliau beliau berjumpa dengan Zaid bin Umar. Maka makanan dihidangkan di hadapan Rasulullah saw. Beliau menolak untuk makan dari itu. Kemudian beliau mengatakan bahwa saya bukanlah orang yang makan dari apa yang kamu sembelih atas nama berhala. Dan saya tidak makan kecuali yang disembelih atas nama Allah (Bukhari kitabul manaaqib bab hadiitsu Zaidibni Umar bin Naqil) . Beliau menolak untuk mamakannya dan beliau bersabda bahwa saya bukanlah orang yang memakan yang kamu sembelih atas nama berhala. Jadi inilah hati yang di dalamnya tidak ada yang lain kecuali hanya cinta kepada Tuhan.

Tauhid di masa Masa kenabian Rasulullah

Kemudian tatkala zaman kenabian mulai maka sebuah dunia menyaksikan pemandangan دَنَا فَتَدَلَّى-danaa fatadalla (Kemudian dia dekat, maka Allah menjadi dekat padanya) dengan syarat ada mata untuk melihat. Setiap hari yang terbit dan beranjak naik menampakkan permisalan dua orang yang saling mencintai, yakni menampakkan pertanda Allah dan Muhammad saw menjadi tambah lebih dekat. Sebagaimana paman beliau, ketika karena rasa takut pada orang-orang kafir Mekah beliau berusaha mencegah beliau untuk menyebarkan amanat Allah. Maka pecinta sejati Rasulullah saw itu betapa indah jawaban yang dia berikan, inilah kisahnya yang didapatkan.

Ibnu Ishak meriwayatkan," Dan selain itu banyak lagi orang-orang yang berada disana, semua itu datang kepada Abu Talib dan mengatakan hai Abu Talib ! Atau engkau melarang keponakan Engkau ( Muhammad saw) supaya dia jangan mejelek-jelekkan berhala-berhala kami dan janganlah menyatakan nenek moyang kami jahil dan sesat. Kalau tidak berilah izin kepada kami untuk menuntut balas sendiri dari dia, sebab dalam memusuhinya kamupun ikut beserta kami, yakni kamupun seperti kami tidak menjadi orang Islam. OIeh karena itu kamu janganlah menjadi penghalang di antara kami dan dia.

Abu Talib dengan sangat sopan santun memberikan jawaban pada mereka dan melepaskan mereka dengan penuh rasa senang hati. Dan Rasulullah saw seperti itulah terus memproklamirkan agama beliau, kendati kepada beliau telah diperingatkan. Kebencian Quraisy pada Rasulullah saw itu dari waktu ke waktu terus bertambah membara sehingga untuk kedua kali mereka kembali pergi kepada Abu Talib dan mereka mengatakan: Hai Abu Talib ! kamu adalah seorang yang mulia dan lanjut usia, dan kami menganggap kamu sebagai seorang yang terpandang. Kami telah memohon kepadamu untuk melarang keponakanmu itu , tetapi kamu tidak melarangnya. Demi Tuhan, kami tidak dapat bersabar atas perkara berhala-berhala kami dan nenek moyang kami dikatakan dengan kata-kata yang kasar. Atau kamu sendiri yang menyingkirkan hal itu atau prilakunya itu, kalau tidak kami mengatakan kepadamu bahwa dari antara kedua belah pihak pasti salah satu pihak ada yang akan binasa. Setelah mengatakan itu mereka kemudian pergi.

Abu Talib sangat cemas akan kebencian dan pengucilan kaumnya itu dan karena sebab-sebab itulah beliau terpaksa tidak dapat beriman kepada beliau dan tidak pula dapat menarik diri untuk tidak menolong beliau saw. Beliau tidak disini dan tidak pula disana. Maka Ibnu Ishak mangatakan: Tatkala orang Quraisy mengadukan kepada Abu Talib, maka Abu Talib membawa pesan ini kepada Rasulullah saw bahwa, hai keponakanku ! Kaummu datang kepada saya untuk menyampaikan begitu banyak keberatan-keberatan mereka. Maka saya menganggap bahwa kamu janganlah berbicara tentang sesuatu yang akan menghacurkan jiwamu dan jiwaku dan janganlah kamu menyakiti saya dengan pekerjaan yang sedemikian rupa yang aku tidak mampu untuk memikulnya. Perawi mengatakan bahwa Rasulullah saw menyangka bahwa kini paman saya tidak dapat menolong saya dan beliau saw memberikan jawaban padanya bahwa, hai pamanku ! jika orang-orang ini meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku maka saya tetap tidak akan meninggalkan pekerjaan itu sehingga Allah menyempurnakan hal itu atau saya sendiri yang binasa di dalamnya. Kemudian air mata Rasulullah saw bercucuran, lalu Abu Talib memanggil beliau seraya berkata, hai keponakanku ! datanglah kemari.. Rasulullah saw mendekati beliau, lalu dia berkata, lihatlah, apa yang kamu ingin lakukan lakukanlah, saya sama sekali tidak akan meninggalkan engkau dan (jika ada sesuatu yang terjadi dengan dirimu) saya akan menuntut balas dari semuanya. (Sirat Ibni Hisyam ,jilid I hal.169 Maktabah darul ulum Edisi Baru)

Terkait dengan peristiwa itu Mirza Ghulam Ahmad menceriterakan: "Tatkala ayat-ayat ini turun bahwa orang-orang musyrik itu adalah rijsun, kotor,شرالبريه -sejahat-jahat makhluk, orang-orang bodoh, anak-anak syaitan. sembahan mereka adalah وقودالنار -bahan bakar neraka dan حصب جهنم-hashabu jahannam –bahan bakar neraka Jahannam, maka Abu Talibmemanggil Rasulullah saw seraya berkata, hai keponakanku ! dengan cercaanmu itu kaummu menjadi sangat marah sehingga mereka ingin membunuhmu dan bersama itu sayapun akan mereka jadikan sasaran. Engkau telah mengatakan orang-orang bijak mereka orang-orang bodoh dan sesepuh sesepuh mereka kamu katakan sebagai شرالبريه seburuk-buruk makhluk dan engkau memberi nama sembahan-sembahan mereka yang mereka hormati sebagai وقودالنار bahan bakar neraka dan bahan bakar neraka Jahannam". Yakni bahan bakar api neraka. Dan " kepada semuanya engkau nyatakan sebagai anak-anak syaitan dan sesuatu yang kotor. Saya meanyatakan kepadamu dengan rasa simpati bahwa tahanlah lidahmu dan berhentilah kamu dari melakukan cercaan itu, kalau tidak, saya tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi kaum kita. Rasulullah saw dalam memberikan jawaban berkata ," Hai pamanku ! ini bukanlah mencerca tetapi ini adalah ungkapan kenyataan dan merupakan sebuah keterangan atas perkara yang sebenarnya dan inilah tugas yang untuk itu saya telah dikirim oelh Allah. Jika saya harus menghadapai kematian demi untuk itu maka saya dengan senang hati akan menerima kematian itu untuk diri saya. Kehidupan saya ini telah diwakafkan di jalan ini. Saya tidak bisa berhenti dari mengungkapkan kebenaran karena takut mati. Hai paman ! jika paman terasa akan kelemahan paman dan kesulitan paman maka lepaskanlah diri paman dari memberikan perlindungan terhadap diri saya. Demi Allah, saya sedikitpun sama sekali tidak memerlukan paman, saya tidak akan pernah berhenti untuk menyampaikan amanat-amanat atau hukum-hukum Allah. Saya lebih mencintai hukum-hukum Tuhan-ku dari jiwaku. Demi Allah, jika saya terbunuh di jalan ini maka saya menginginkan bahwa saya hidup lalu saya terus mati berkali-kali di jalan ini. Bagi saya ini bukanlah merupakan hal yang menakutkan bahkan justru saya merasakan kelezatan yang tidak terhingga di dalamnya, yakni saya menikmati menjalani penderitaan di jalannya. Rasulullah saw tengah menyampaikan ceramah ini sementara wajah beliau penuh dengan nur keruhanian dan kekhusyukan beliau menjadi bertambah kentara di wajah beliau. Dan tatkala Rasulullah menyelesaikan ceramah beliau ini maka dengan melihat cahaya kebenaran itu serta merta air mata Abu Talib menjadi bercucuran seraya berkata bahwa saya tadinya tidak mengetahui prihal kondisimu yang sedemikian luhur itu. Engkau sungguh dalam warna yang lain dan keagungan yang berbeda. Pergi dan teruslah sibuk dalam tugasmu, selama saya hidup, sejauh kemampuan saya, saya akan terus membantumu.

Jadi inilah martabat fana Rasulullah saw dalam kencintaan kepada Allah swt. Kini orang-orang duniawi melontarkan kritikan bahwa beliau –nauzubillah- menghendaki kemegahan dunia yang karenanya beliau melakukan semua ini. Bahkan semua keberatan ini adalah mulai dari sejak itu , yakni dari sejak kebangkitan beliau. Kemudian tidak hanya ini , mereka mengatakan kata-kata yang keras dan kasar dan mereka memberikan ancaman bahwa beliau harus menyudahi missi beliau bahkan dalam menimpakan kesusahan-kesusahan pun mereka menempuh berbagai macam cara, yang peristiwanya tidak terhitung jumlahnya, tetapi kendati demikian orang-orang kafir tidak dapat mengurangi ari hati kecintaan beliau kepada Allah.

Demikian juga ada sebuah peristiwa dalam sebuah riwayat bahwa Abdullah bin Umar bin As r.a meriwayatkan bahwa pada suatu kali saya ada pada saat orang-orang besar Quraisy berada di Kakbah di dekat Hajarulaswad. Mereka mulai membicarakan Rasulullah saw seraya berkata bahwa sebagaimana kita bersabar berkait dengan orang itu seperti itu kita tidak pernah lakukan untuk siapapun. Dia ini menjelek –jelekkan nenek moyang kita dan agama kita. Kita telah banyak bersabar akan hal itu. Pada saat orang-orang ini tengah membicarakan hal ini maka tiba-tiba Rasulullah saw datang lalu beliau sibuk dalam melakukan tawaf dan pada saat beliau tengah melakukan tawaf dan lewat dari dekat mereka maka orang-orang kafir berbisik-bisik mengenai diri beliau. Sesuai dengan itu ada tiga kali pernah terjadi seperti itu dan di wajah Rasulullah saw terlihat rasa duka dan kesedihan dan pada kali yang ketiga tatkala mereka berbisik-bisik beliau berdiri seraya bersabda: “Hai orang-orang Quraisy ! demi Allah yang jiwaku terletak di tangan kekuasaan-Nya, saya datang membawa kehancuran bagi orang-orang yang seperti kalian. Abdullah bin Umar mengatakan," Sedemikian rupa pengaruh perkataan Rasulullah saw itu sehingga orang-orang Quraisy menjadi terkesima dan orang yang begitu paling belak-belakan bicara di tengah-tengah mereka menjadi berubah mulai berbicara dengan lembut kepada Rasulullah saw bahwa silahkan Tuan pergi. Kemudian beliau saw telah pergi.

Kemudian pada hari yang kedua mereka itu berkumpul dan dari semua arah mereka menyerang beliau sambil mengatakan kepada beliau bahwa kamu ini wahai Muhammad mecela berhala-berhala kami dan menjelek-jelakkan agama kami. Rasululah saw bersabda: Ya, inilah yang saya katakan. Abdullah bin Umar mengatakan bahwa saya melihat seorang memegang selimut Rasulullah saw. Begitu melihat itu Abu Bakar berdiri menangis sambil berkata kepada orang-orang Quraisy, apakah kalian ingin membunuh orang yang mengatakan bahwa Rabb saya adalah Allah. Baru orang-orang Quraisy pergi meninggalkan beliau. Perawi mengatakan bahwa peristiwa perlakuan buruk orang-orang Quraisy ini saya lihat langsung dengan mata kepala saya sendiri. (Assiratunnabawawiyyah li ibni Hisyam almakruf sirat Ibni Hisyam dzikru ma laqiya Rasulullah saw hal. 217-218 )

Seperti itu banyak lagi peristiwa-peristiwa lain, peristiwa-pristiwa yang penuh dengan marabahaya. Dilancarkan rencana-rencana jahat untuk menghabiskan beliau dan orang yang mengimani beliau. Tetapi Allah yang telah memutuskan untuk menciptakan kelahiran beliau dari sejak kelahiran Adam, dan yang dengan perantaraan kekasih-Nya yang dikasihi ini Dia telah memutuskan untuk menyampaikan amanat-Nya ke seluruh penjuru dunia dan yang sesuai dengan janji-janji-Nya akan melindungi beliau, maka sesuai dengan itu Dia senantiasa terus menurunkan malaikat-malaikat-Nya yang menyiapkan sarana perlindungan kepada beliau untuk menolong beliau pada saat –saat sulit.

Sebagaimana dalam riwayat-riwayat tertera sebuah pristiwa: "Setelah berbicara dengan para pemuka Quraisy Rasulullah saw kemudian pergi dan Abu Jahal berkata ," hai Quraisy apakah kalian melihat bahwa Muhammad tidak ada kata-kata kita yang mau diikutinya dan tidak berhenti memburuk-burukkan sesepuh-sesepuh dan agama kita. Jadi, saya berjanji kepada Tuhan bahwa besok saya akan datang dengan membawa batu besar dan pada saat Muhammad melakukan sujud, saya akan menindih kepalanya. Kalian berilah perlindungan kepada saya. Sesudahnya apa yang Bani Abdi Manaf ingin lakukan mereka dapat silahkan mereka lakukan, yakni dari keluarga Rasulullah saw. Quraisy mengatakan bahwa demi Tuhan kami akan melindungi kamu dan apa yang kamu dapat lakukan lakukanlah itu. Maka tatkala pagi hari tiba, Abu Jahal datang membawa sebuah batu besar lalu duduk menunggu Rasulullah saw yang akan melakukan shalat. Rasulullah saw pun sebagaimana kebiasaan beliau, beliau masuk ke Masjidil haram. Oleh sebab pada hari-hari itu kiblah adalah menghadap ke Baitul-Muqaddis maka beliau sibuk dalam melakukan shalat diantara Hajarul aswad dan Rukun Yamani. Orang-orang Quraisy berbaring di tempatnya masing-masing tengah menunggu jasa Abu Jahal . Maka pada saat beliau tengah melakukan sujud, Abu jahal beranjak membawa batu untuk memindih kepada Rasulullah saw , maka tatkala sampai di dekat beliau maka dari sana dia mundur ke belakang hingga batu jatuh dari tangannya dan dia dalam kondisi yang sangat buruk dan dalam keadaan sangat ketakutan dia kembali kepada kaumnya. Orang-orang pun berlari-larian kepadanya dan menanyakan apa gerangan yang telah terjadi dengan Abulhakam ? Dia menuturkan kisahnya bahwa pada saat saya berangkat membawa batu kepadanya untuk menyempurnakan pekerjaan yang telah saya janjikan kepada kalian, maka apa yang saya lihat, ternyata saya melihat seekor unta besar mengerikan dan ingin menerkam dan memakan saya. Oleh karena itu saya segera mundur kebelakang, kalau tidak tadinya saya sulit untuk menghindarkan diri saya. (Assiratunnbawiyyah liibni Hisyam Almakruf sirat Ibni Hisyam hal.222)

Jadi, perhatikanlah bagaimana Allah melindungi kekasih-Nya . Tetapi bagi seorang yang hatinya mengeras seperti batu untuk sementara waktu dengan melihat tanda ini dia menjadi ketakutan, tetapi pencikan iman tidak menerpanya. Inilah kondisi Abu jahal. Kemudian tatkala untuk memisahkan kekasih dengan yang dikasihi segala macam cara dan kekerasan-kekerasan tidak dapat ampuh maka terfikir oleh mereka bahwa kita iming-imingi dia dengan harta benda duniawi lalu kita lihat, secara langsung kita bicara dengannya lalu kita lihat. Tetapi orang-orang tuna akal itu apa yang mereka dapat ketahui bahwa seorang yang telah terperangkap dalam perangkap kecintaan pada Allah dan martabat pun merupakan martabat yang Rasulullah saw telah capai, maka apa hubungannya dengan iming-iming harta benda dunia itu. Sesuai dengan itu peristiwa tentang iming-iming atau penawaran dunia ini tertera dalam sejarah seperti ini.

Ibni Ishak meriwayatkan bahwa manakala Islam dari hari ke hari mulai meraih kemajuan sedangkan dari pihak orang-orang Quraisy sedapat mungkin mereka mencegah orang-orang untuk menerima Islam dan mereka menimpakan berbagai macam kesulitan dan penderitaan. Sejumlah orang mereka penjarakan di dalam rumah mereka. Ibni Abbas meriwayatkan bahwa pada suatu hari setiap pemimpin suku Quraisy berkumpul untuk berdialog dengan Rasulullah saw yang namanya adalah sbb: Utbah, Syaibah,Abu Sufyan, Nadhar bin Haris Albakhtari / Abul bakhtari… Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah 'As bin Abi Wail, Umayyah bin Halaf dll semua ini setelah matahari terbenam berkumpul di belakang teras Kakbah dan seorang berkata kepada yang lainya bahwa suruhlah panggil seseorang untuk berbicara dengan Muhammad (saw) dan berdialoglah sedemikian rupa sehingga dia menjadi tidak berdaya.

Kemudian mereka mengirim seorang kepada Rasulullah saw. Beliau setelah mendengar amanat ini menganggap bahwa mungkin mereka mempunyai keinginan untuk mengikuti jalan yang lurus. Sebab, beliau sangat ingin mereka menerima Islam. Maka beliau dengan cepat pergi ke pertemuan itu. Semuanya dengan sepakat mengatakan kepada beliau bahwa hai Muhammad (saw ) ! kami memanggil Tuan untuk melakukan pembicaran, sebab demi Tuhan, kami dari orang Arab siapapun kami tidak dapat ketahui yang sedemikian rupa menjerumuskan kaumnya dalam kesulitan sebagaimana halnya Tuan telah lakukan (terhadap kami). Tuan ini memburuk-burukkan nenek moyang kami dan mencela sembahan-sembahan kami, mencerai beraikan jamaah kami, tidak ada suatu kerusakan yang Tuan tidak pikulkan kepada kami. Jika tujuanmu adalah untuk mengumpulkan harta maka kami akan menyerahkan harta kami kepadamu sedemikian rupa sehingga Tuan akan meanjadi orang yang terkaya diantara kami. Dan jika ingin menjadi pimpinan, maka kami akan menjadikan Tuan sebagai pemimpin kami. Jika Tuan ingin menjadi raja maka kami akan menjadikan Tuan sebagai Raja. Dan untuk Jin atau siluman yang datang kepada Tuan untuk mengobatinya kami siap untuk membelanjakan semua harta kami kepada Tuan.

Rasulullah saw bersabda: Seberapa banyak pembicaraan yang kalian lakukan itu satupun tidak ada didalam diri saya. Saya tidak mengingikan harta, tidak menginginakan kemuliaan dan tidak menginginkan kerajaan. Saya telah dikirim oleh Allah sebagai Rasul dan Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada saya dan telah memerintahkan bahwa saya adalah sebagai pemberi ingat dan pemberi habar suka bagi kalian. Saya memberikan kabar suka dan memberikan peringatan juga. Jadi saya telah menyampaikan amanat Tuhan kepada kalian. Jika kalian menerimanya maka di dalam itu adalah faedah untuk diri kalian sendiri. Dan jika kalian tidak menerimanya maka sabarlah kalian sampai pada saat itu dan sayapun juga akan bersabar hingga Tuhan memberikan keputusan diantara saya dan kalian. (Assiratunnbawiyyah liibni Hisyam Almakruf sirat Ibni Hisyam hal.220-221)

Beliau Rasulullah saw yakin dan sepenuhnya yakin bahwa beliau adalah Nabi Allah yang benar dan keputusan akhir Allah benar-benar beliau ketahui bahwa itu pasti akan memihak saya. Jadi beliau (Rasulullah saw) bersabda, hai orang-orang kafir! Kalian akibat tidak ada rasa malu, kalian tidak dapat bergeser dari agama kalian yang palsu. Di dalam surah ( يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ ) semua perkara ini diterangkan. Maka, saya yang sebagai nabi Allah bagaimana saya akan dapat berhenti untuk menyampaikan amanat Allah yang Allah telah perintahkan kepada saya. Bagaimana saya bisa berhenti beribadah kepada Tuhan yang setiap hari terus memperlihatkan tanda-tanda-Nya yang baru kepada saya, yang mana Dia sendiri yang berdiri untuk menandingi kalian dari pihak saya. Kalian silahkanlah lakukan terus perlawanan kepada saya, jangan lagi ada tersisa upaya-upaya untuk menyakiti saya, tetapi ingatlah bahwa sayalah yang akan menang. Kepada kalian inilah jawaban yang Allah telah ajarkan kepada saya bahwa kalian tetaplah dalam agama kalian dan saya akan tetap dalam agama saya.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Tapi ingatlah bahwa ini sudah merupakan ketetapan, takdir Allah telah memberikan keputusan,Tuhan saya telah mengambil keputusan, yakni Tuhan yang Maha mengetahui yang hadir dan yang gaib dan mengetahui yang akan datang, Tuhan yang terus menerus menzahirkan kecintaan-Nya kepada saya,Takdir Tuhan itu kini adalah bahwa agama Tuhan yang Esa itulah yang akan meraih kemenangan dan era kalian akan berakhir. Jadi jawaban ini Allah telah suruh ucapkan dari lidah orang yang mencintai-Nya dan kepada orang yang Dia cintai.

Kecintaan kepada Allah

Kecintaan Rasulullah saw kepada zat Allah dan antusiasme beliau untuk menegakkan ke-Esaan Tuhan di muka bumi dan yang untuk itu beliau telah berupaya, itu tidak ada yang dapat menghadapinya. Tetapi jika kapan saja berkenaan Zat itu, berkenaan dengan Zat Allah swt beliau mendengar kalimat yang luhur dan baik maka beliau senantiasa memberikan pujian.

Tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw (karena senang, sebagai pujian beliau mengutip syair seraya ) bersabda: Perkara yang paling benar yang seorang penyair pernah katakan adalah penggalan syair Labid : Dengarlah, selain Allah segala sesuatunya adalah batil dan akan musnah" (Bukhari kitabul manaqib alanshar bab ayyamuljaahiliyyah)

Kemudian kecintaan kepada Allah dan gairat akan nama-Nya sampai sejauh mana ada dalam diri beliau sehingga beliau siap untuk meanggung kerugian, tetapi beliau tidak bisa menerima apabila tuntutan gairat Allah tidak dipenuhi.

Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat . Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa pada saat Rasulullah saw tengah pergi menuju perang Badar, pada saat Islam dalam keadaan yang sangat lemah. Dan sebelum tiba di Badar seorang hadir di sebuah tempat dan orang tersebut terkenal dengan keberanian dan kepiawaiannya dalam berperang. Para sahabah menjadi sangat gembira begitu melihatnya. Dia menawarkan diri kepada Rasulullah saw bahwa saya ikut berperang dengan Tuan dengan syarat saya pun diberikan bagian dari harta rampasan perang. Beliau bertanya apakah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia menjawab, tidak. Beliau bersabda kalau begitu kamu boleh meninggalkan tempat ini. Saya tidak ingin meminta bantuan dari seorang yang musyrik. Beberapa lama kemudian setelah hadir dia kembali memohon seperti ini. Maka jawaban inilah yang beliau berikan. Dia datang untuk ketiga kalinya dan bertanya bahwa ikutkanlah saya juga dalam lasykar ini. Kemudian beliau bertanya apakah kamu berikan kepada Allah dan Rasul-Nya . Pada kali ini dia memberikan jawaban ,ya. Maka beliau bersabda, boleh. Beliau bersabda, kalau begitu ikutlah bersama kami.( Muslim Kitabul jihad bab karahiyatul isti'anganah. )

Jika ada seorang yang cinta dunia maka tentu akan mengatakan bahwa ini bantuan ada yang datang, manfaatkanlah itu. Tetapi gairat beliau tidak dapat menerima bahwa di dalam peperangan yang dilakukan atas nama Allah bantuan diambil dari orang musyrik.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Umar r.a pada suatu saat bersumpah atas nama bapaknya. Rasulullah saw memanggilnya lalu menegurnya seraya bersabda : Dengarlah, Allah melarang kalian untuk bersumpah atas nama bapak kalian. Siapa yang perlu harus bersumpah maka bersumpahlah atas nama Allah atau diamlah. (Bukhari kitabul adab bab man lam yara kuffaara man qaala mutaawwilan atau jaahilan.)

Pertama, adalah bahwa ada orang yang merupakan adat kebiasaannya bersumpah atas nama Allah atas hal-hal yang kecil-kecil. Itu sudah menjadi kebiasaan umum. Hendaknya jangan mengucapkan sumpah seperti itu. Jika dalam sejumlah kondisi, akibat sejumlah keterpaksaan terpaksa harus mengucapkan sumpah maka pada saat itu sumpah dilakukan dan pada saat itu hendaknya yang ada di dalam fikiran kita adalah bahwa saya tengah menjadikan Allah sebagai saksi. Beliau dalam kondisi apapun tidak pernah dapat menerima bahwa apa yang merupakan hak Allah jangan ada yang dapat dekat menyentuh ke dekatnya dalam keadaan tidak tahu. Kemudian jika sedikit saja kemungkinan ada sejumlah amal membawa kepada syirik maka beliau dengan sangat keras menolaknya.

Para penyembah kuburan

Mengenai pergi ke kuburan- kuburan untuk doa beliau telah memberikan izin, tetapi beliau tidak dapat menerima bahwa di atas kuburan-kuburan itu dinyalakan lampu. Sejumlah orang menyalakan lampu dan lilin. Maka tertera dalam sebuah riwayat yang diterangkan oleh Hadhrat Ibni Abbas bahwa Rasulullah saw melaknat orang-orang yang berziarah ke kuburan seperti itu, menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai sembahan selain Allah dan mejadikan tempat itu untuk menyalakan lampu-lampu. (Turmudzi kitabushalat bab maa jaa aa fi karahiyati anyattakhidzal 'alal qabri masjidan.)

Dewasa ini perhatikanlah bahwa orang-orang Islam pun ternyata telah melakukan tindakan seperti ini. Mereka para wali yang (ketika hidupnya) mereka sendiri merupakan wujud-wujud yang terus menerus memperjuangkan tegakknya tauhid Ilahi tetapi atas nama mereka justru syirik itu terjadi. Kepadanya diminta keinginan-keinginannya dikabulkan, kepadanya dimohon keinginann-keinginan mereka dipenuhi, mereka kesana untuk bernazar dan kain selimut yang bertatahkan benang emas yang selimutkan di atas kuburannya dan ini merupakan kenyataan yang sebenarnya dan itu kini ada. Seorang perempuan memberitahukan bahwa dia kenal dengan seorang perempuan yang memiliki seorang anak. Dia mengatakan bahwa anak ini diberikan oleh Data Sahib (nama seorang wali terkenal). Saya katakana padanya, takutlah pada Tuhan. Dia menjawab, tidak. Saya sebelumnya terus meminta kepada Tuhan, saya terus memanjatkan doa dalam shalat-shalat, namun saya tetap tidak dapat melahirkan anak. Pada saat saya pergi ke makam Data sahib maka setelah itu saya mendapatkan anak. Jadi, daripada Allah –menurut dia-Data sahib merupakan segala-galanya. Sama sekali tidak rasa ada rasa takut pasa Tuhan. Dan di anak benua kecil(India) -sebagaimana saya telah katakan – yang dikatakan sebagai Muslim pun banyak sekali mereka yang sedang terjerumus dalam syirik ini. Rasul Allah telah melaknat orang yang seperti itu.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Hadhrat Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Ummi Salma menyebutkan mengenai sebuah Gereja di Habsyah yang diberi nama Maryah dan di dalamnya diletakkan gambar. Atas hal itu Rasulullah saw bersabda bahwa ini adalah merupakan kaum apabila di kalangan mereka ada orang saleh yang mati maka di atas kuburannya mereka membuat mesjid-mesjid dan di dalamnya mereka membuat patung. Orang-orang seperti itu adalah merupakan makhluk yang terburuk. Bukhari kitabusyshalat bab asshalaatu fil bai'ati

Di dalam sebuah tempat tertera juga demikian bahwa dalam keadaan beliau sedang sakit perkataan ini disebut. Maka begitu mendengar ini (mereka menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid) beliau serta merta bangun duduk dengan penuh semangat dan beliau bersabda sangat buruk sekali orang-orang yang melakukan seperti ini. Kondisi beliau sendiri beliau biasa memanjatkan doa seperti iniاللهم لا تجعل قبرى وثنا Allaahumma laa taj'al qabri wasnan- hai Allah ! janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai tempat penyembahan berhala.

Seorang yang sepanjang umur setiap saat, setiap detik penuh waktunya dalam mencintai Allah, terus berupaya menegakkakan tauhid Ilahi, kaki-kakinya menjadi kejang dan bengkak karena terus menerus beribadah sepanjang malam, yang keinginannya hanya satu agar setiap orang di dunia menjadi orang-orang yang beribadah kepada Tuhan yang Esa, maka bagaimana mungkin dapat bersabar menerima bahwa kuburnya menjadi tempat syirik. Dan sampai kini sebagai pengambulan doa itu Dia telah telah menyelamatkan kuburan yang penuh berkah itu dari syirik. Tetapi heran sekali pada orang-orang Islam –sebagaimana saya sebelumnya telah katakan- orang-orang pergi ke kuburan orang sufi-sufi dan para fakir /arif billah untuk melakukan syirik dan tempat itu kini menjadi pangkalan syirik.

Hadhrat Mirza ghulam Ahmad mengatakan: " Saya senantiasa melihat dengan pandangan penuh rasa kekaguman bahwa nabi dari Arab yang bernama Muhammad saw (Ribuan salam dan selawat sejahtera padanya) betapa luhur martabat yang dicapai nabi itu. Titik puncak ketinggian martabatnya tidak dapat diketahui, memperkirakan pengaruh daya pensuciannya bukanlah merupakan pekerjaan manusia. Namun sangat disayangkan sebagaimana martabatnya seyogianya harus dikenal martabatnya itu tidak dikenal. Tauhid yang telah sirna dari muka bumi ini dialah sosok panglima yang membawanya kembali ke dunia ini. Dia dengan cara yang sangat luar biasa telah mencintai Allah dan dalam bersimpati kepada ummat manusia telah memberikan pengaruh kepada jiwanya. Oleh karena itu Allah yang mengetahui akan rahasia hatinya telah menganugerahkan kelebihan melebihi semua nabi-nabi dan melebihi orang-orang terdahulu serta orang-orang yang datang kemudian, dan keinginan serta cita-citanya dipenuhi di masa hidup juga". Haqiqatul wahyi ruhani Hazain jilid 22 hal 118-119

Kemudian beliau Mengatakan: " Bacalah Al-Quran sambil merenungkan kandungan isinya. Lebih dari nabi kita Muhammad saw tidak ada contoh manusia sempurna manapun dan untuk yang akan datang pun tidak akan ada sampai hari Qiamat. Kemudian lihatlah kendati dengan mendapatkan mukjizat ilahiah sekalipun kondisi Rasulullah saw senantiasa tetap berada pada kondisi menghambakan diri dan berkali-kali beliau mengatakan أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ (aku ini hanya seorang manusia seperti kamu) sehingga di dalam kalimah tauhid pernyataan beliau sebagai hamba dibakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Yang tanpa itu seorang Muslim tidak dapat dikatakan sebagai seorang Muslim. Renungkan dan renungkanlah kembali. Jadi dalam kondisi mana cara kehidupan pemberi petunjuk yang sempurna memberikan pelajaran kepada kita bahwa setelah sampai kepada kedekatan yang tertinggi pengakuan penghambaan itu tidak lepas. Oleh karena itu siapapun berfikiran seperti itu atau membawa pemikiran seperti itu di dalam hati (penghambaan/beribadah itu dapat lepas) adalah merupakan perkara yang sia-sia dan tidak berguna". Malfuzhat jilid I hal.74

Jadi, inilah martabat Rasulullah saw yang untuk menegakkannya dan untuk menciptakan kecintaan Allah di dalam hati manusia beliau telah lahir. Martabat manusia yang paling luhur dan kedudukan /tingkat sebagai hamba Allah Yang Rahman yang oleh seseorang yang paling tinggi dapatkan adalah yang didapatkan oleh Rasulullah saw. Beliau telah dibangkitkan supaya manusia dapat mengenal dirinya dan mengenal Zat Allah dan dapat memperkenalkan Zat Allah. Beliau dibangkitkan untuk menegakkan tauhid Ilahi. Dan di dalam inilah beliau telah melewati seluruh kehidupan beliau. Dan keinginan beliau adalah supaya setiap individu dan setiap orang di dunia menjadi tegak pada tauhid Ilahi.

لا اله الا الله محمد رسول الله laailaahaillallah muhammadurrasuulullah. Semoga Allah memberikan taufik kepda kita semua.

Khutbah jum'ah Mirza Masroor Ahmad tanggal 4 -2-2005 di Baitulfutuh, Morden,London,Inggris.
Read More ..